Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sekitar 120 Mantan Pejabat Partai Republik Berencana Membentuk Partai Baru Anti-Trump

Lebih dari 100 mantan pejabat Partai Republik berencana membentuk partai politik baru anti-Trump.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
zoom-in Sekitar 120 Mantan Pejabat Partai Republik Berencana Membentuk Partai Baru Anti-Trump
SAUL LOEB / AFP
Ekspresi Donald Trump ketika mengunjungi markas kampanyenya di Arlington, Virginia, 3 November 2020. Amerika yang terpecah akan pergi ke tempat pemungutan suara pada hari Selasa di tengah pandemi terburuk dalam satu abad dan krisis ekonomi untuk memutuskan apakah akan memberi Presiden Donald Trump empat tahun lagi atau kirim Demokrat Joe Biden ke Gedung Putih. Jumlah pemungutan suara awal yang memecahkan rekor - lebih dari 100 juta - telah diberikan dalam pemilihan yang membuat negara itu gelisah dan sedang diawasi dengan ketat di ibu kota di seluruh dunia. Biden sementara mengungguli Trump dalam perhitungan sementara. 

TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 100 mantan pejabat Partai Republik berencana membentuk partai politik baru anti-Trump.

Melansir Forbes, para Republikan ini tidak senang dengan sikap Partai Republik sekarang terhadap mantan Presiden Donald Trump. 

Namun langkah ini dikritik juru bicara mantan presiden dan menyoroti keretakan hubungan di dalam GOP (Partai Republik).

Sejak kerusuhan di Capitol AS, sejumlah anggota Partai Republik berbalik menyerang Trump dan menjauhkan diri dari loyalis suami Melania ini.

Lebih dari 120 anggota Partai Republik melakukan rapat Zoom pekan lalu untuk membahas bagaimana memisahkan diri dari Partai Republik.

Ke-120 orang itu termasuk pejabat pemerintahan di era Bush, pemerintahan Reagan, hingga pejabat di masa Trump lapor Reuters.

Baca juga: Pengakuan Terbaru Bintang Porno Stormy Daniels Mengenai Hubungannya dengan Donald Trump

Baca juga: Kini Dimakzulkan, Trump Disebut Tak Menyesali Insiden Capitol dan Hubungan Rusak dengan Mike Pence

Donald Trump tersenyum saat sesi pleno KTT NATO di hotel Grove di Watford, timur laut London pada 4 Desember 2019.
Donald Trump tersenyum saat sesi pleno KTT NATO di hotel Grove di Watford, timur laut London pada 4 Desember 2019. (Adrian DENNIS / AFP)

Banyak yang dilaporkan tidak senang dengan kegagalan partai itu dalam menghadapi upaya melawan demokrasi dari Trump.

Berita Rekomendasi

Partai yang baru ini direncanakan akan menganut 'konservatisme berprinsip' yang mereka yakini telah ditinggalkan Trump.

Mantan kepala direktur kebijakan House Republican Conference, Evan McMullin mengatakan kepada Reuters bahwa ia menjadi tuan rumah rapat virtual itu.

Karena, kata McMullin, sebagian besar Partai Republik meradikalisasi dan mengancam demokrasi Amerika.

Banyak peserta rapat kecewa lantaran mayoritas Partai Republik mendung Trump untuk tidak mengesahkan kemenangan Joe Biden.

"Partai perlu berkomitmen kembali pada kebenaran, alasan, dan cita-cita pendiri atau jelas perlu ada sesuatu yang baru," kata McMullin.

Rencananya partai baru ini akan memasukkan kandidatnya sendiri di beberapa pemilihan pejabat serta mendukung kandidat lain, Demokrat atau Republik.

Sekitar 40% peserta rapat Zoom itu mendukung pembentukan sebuah partai baru, yang mungkin bisa disebut Partai Integritas atau Partai Kanan Tengah, kata McMullin.

Pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyerbu dan menduduki Gedung Kongres US Capitol di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021) waktu setempat. Ribuan pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melakukan aksi demonstrasi dengan menyerbu dan menduduki Gedung Capitol untuk menolak pengesahan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden atas Presiden Donald Trump dalam Pemilu Amerika 2020 lalu. Mereka menduduki Gedung Capitol setelah sebelumnya memecahkan jendela dan bentrok dengan polisi. AFP/Getty Images/Samuel Corum
Pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyerbu dan menduduki Gedung Kongres US Capitol di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021) waktu setempat. Ribuan pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melakukan aksi demonstrasi dengan menyerbu dan menduduki Gedung Capitol untuk menolak pengesahan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden atas Presiden Donald Trump dalam Pemilu Amerika 2020 lalu. Mereka menduduki Gedung Capitol setelah sebelumnya memecahkan jendela dan bentrok dengan polisi. AFP/Getty Images/Samuel Corum (AFP/Samuel Corum)

Dengan opsi lain adalah membentuk "faksi" di dalam Partai Republik.

Menanggapi hal ini, jubir Trump mengatakan kepada Reuters bahwa tidak ada Republikan dalam rapat itu.

"Para pecundang ini meninggalkan Partai Republik ketika mereka memilih Joe Biden," katanya.

Hampir dua pertiga atau sekitar 64% pemilih Partai Republik dalam jajak pendapat Hill-HarrisX bulan lalu memilih akan bergabung dengan partai politik baru yang dipimpin Trump.

Adanya rapat tentang pihak ketiga yakni anti-Trump menyoroti keretakan yang tumbuh di antara anggota Partai Republik.

Donald Trump kerap menjadi sosok yang memecah belah, tetapi ia juga memiliki sosok loyalitas yang hampir tak tergoyahkan.

Tahun lalu, orang-orang Partai Republik ramai menentang mantan presiden Trump dan bersumpah memilih lawannya Joe Biden serta mengutuk responsnya pada isu rasial.

Baca juga: Donald Trump Terancam Tak Bisa Gunakan Twitter untuk Selamanya

Baca juga: POPULER Internasional: Trump Disebut Tak Sesali Insiden Capitol | Unjuk Rasa Myanmar Makin Bertambah

Presiden AS Donald Trump memegang surat kabar yang menampilkan tajuk
Presiden AS Donald Trump memegang surat kabar yang menampilkan tajuk "Dibebaskan" saat ia tiba untuk berbicara di National Prayer Breakfast tahunan ke-68 pada 6 Februari 2020 di Washington, DC. (Nicholas Kamm / AFP)

Beberapa minggu yang lalu, ada laporan bahwa Trump sedang mempertimbangkan untuk mendirikan "Partai Patriot".

Partai yang diduga didirikan Trump setelah melihat anggota Partai Republik berbalik melawannya pasca insiden Capitol AS.

Saat ini GOP berusaha membebaskan Trump dari pemakzulan keduanya dan sekutu Trump meyakini partai bentukannya yang baru akan memiliki pijakan lebih kuat.

Mereka mengatakan Trump mungkin berusaha mengkonsolidasikan kekuatan ini, setelah dia sebelumnya berjanji untuk menggulingkan Partai Republik yang tidak setia.

"GOP hilang di lautan kebohongan dan jelas telah menjadi kekuatan yang merusak," kata McMullin.

"Apakah itu faksi yang beroperasi secara independen dari GOP atau partai baru, diperlukan sesuatu yang baru. Status quo tidak bisa dipertahankan," tambahnya.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas