Junta Militer Myanmar Ancam Demonstran akan Kehilangan Nyawa jika Teruskan Aksi Mogok Nasional
Junta militer Myanmar pada Minggu (21/2/2021) memperingatkan pengunjuk rasa anti kudeta bahwa mereka akan 'kehilangan nyawa' jika melanjutkan protes.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
"Jumlah orang akan meningkat. Kami tidak akan berhenti," kata pengunjuk rasa Yin Nyein Hmway di Yangon.
Semakin banyak anak muda yang berpartisipasi dalam protes pro-demokrasi di Myanmar.
Baca juga: Menyusul AS, Inggris dan Kanada Jatuhkan Sanksi pada Junta Myanmar
Baca juga: Setelah AS dan Inggris, Giliran Kanada Jatuhkan Sanksi kepada 9 Elite Junta Militer Myanmar
"Kami, kaum muda, memiliki impian kami, tetapi kudeta militer ini telah menimbulkan begitu banyak rintangan," kata Ko Pay di Yangon.
"Itu sebabnya kami tampil untuk memprotes," tambahnya.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik Burma (AAPPB) mengatakan, sedikitnya 640 orang telah ditahan sehubungan dengan kudeta.
Pada Minggu (21/2/2021), pengunjuk rasa di Yangon berbaris di luar Kedubes AS sambil melambaikan spanduk bertuliskan 'Bantu Myanmar'.
Kemudian di Myitkyina, ibu kota negara bagian Kachin di Myanmar utara, pengunjuk rasa meneriakkan slogan dan mengibarkan bendera saat mengendarai sepeda motor.
Sementara itu, di ibukota Naypyidaw, orang-orang berkumpul untuk prosesi pemakaman seorang wanita yang tewas pada Jumat karena kepalanya ditembak saat protes.
Mya Thweh Thweh Khine, yang ditembak sebelum ulang tahunnya yang ke-20, adalah korban pertama protes pro-demokrasi.
Video viral menunjukkan mobil jenazah dengan foto Thweh Khine memimpin konvoi kendaraan yang keluar dari rumah sakit.
Saat iring-iringan melewati jalanan, orang-orang dengan sepeda motor dan warga lainnya terlihat memberikan hormat tiga jari.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)