Myanmar Kembali Memanas, 2 Demonstran Tewas Ditembak Aparat, Belasan Orang Terluka
Sedikitnya orang 2 tewas dan belasan lainnya terluka saat polisi Myanmar melepaskan tembakan atas protes terhadap pemerintahan militer.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Hasanudin Aco
Polisi keluar pada pagi hari dan bergerak cepat untuk membubarkan kerumunan.
“Polisi turun dari mobil mereka dan mulai melemparkan granat kejut tanpa peringatan,” kata Hayman May Hninsi, salah satu dari sekelompok guru yang melarikan diri ke gedung-gedung terdekat.
Dari sebuah video yang diposting menunjukkan para dokter dan mahasiswa dengan jas lab putih berserakan ketika polisi melemparkan granat setrum di luar sekolah kedokteran di tempat lain di kota itu.
Hari Sabtu membawa kerusuhan di kota-kota besar secara nasional ketika polisi memulai upaya mereka untuk menghancurkan protes dengan gas air mata, granat kejut dan menembak ke udara.
Televisi MRTV yang dikelola pemerintah mengatakan lebih dari 470 orang telah ditangkap pada hari Sabtu.
Mereka mengaku bahwa polisi telah memberikan peringatan sebelum menggunakan granat setrum untuk membubarkan orang.
Namun, tidak jelas berapa banyak yang ditahan pada hari Minggu.
Pemimpin Junta Jenderal Min Aung Hlaing pada pekan lalu mengaku bahwa pihak berwenang menggunakan kekuatan minimal untuk menangani protes.
Namun demikian, setidaknya lima pengunjuk rasa tewas dalam kekacauan itu. Tentara mengatakan seorang polisi juga telah tewas.
Tindakan keras tersebut tampaknya menunjukkan tekad militer untuk memaksakan otoritasnya dalam menghadapi pembangkangan yang meluas.
Tidak hanya di jalanan tetapi lebih luas lagi di berbagai bidang seperti layanan sipil, pemerintahan kota, peradilan, sektor pendidikan dan kesehatan, serta media.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan sebagian besar kepemimpinan partainya pada 1 Februari.
Militer menuduh adanya kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan partainya secara telak.
Kudeta yang menghentikan langkah tentatif Myanmar menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun pemerintahan militer, telah menarik ratusan ribu orang ke jalan dan kecaman dari negara-negara Barat.