Putra Mahkota Saudi Disebut Aktor Pembunuhan Jurnalis Jamal Khashoggi, Parlemen AS Serukan Hukuman
Putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman dikatakan menyetujui operasi untuk menangkap atau membunuh jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Putra mahkota dan penguasa de facto Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) dikatakan menyetujui operasi untuk menangkap atau membunuh jurnalis Washington Post, Jamal Khashoggi.
Dugaan ini tertulis pada laporan intelijen AS yang baru dirilis pada Jumat lalu.
Pejabat intelijen AS berkesimpulan demikian bercermin pada sejumlah faktor.
Salah satunya keterlibatan langsung penasihat utama Pangeran Mohammed bin Salman dalam pembunuhan Khashoggi.
Laporan mengatakan: "(Ada) dukungan putra mahkota untuk menggunakan tindakan kekerasan untuk membungkam para pembangkang di luar negeri."
"Sejak 2017, putra mahkota memiliki kendali mutlak atas organisasi keamanan dan intelijen Kerajaan (Arab Saudi)."
"Sehingga sangat tidak mungkin pejabat Saudi akan melakukan operasi seperti ini tanpa izin putra mahkota," kata dokumen yang dirilis Kantor Direktur Intelijen Nasional (DNI), dikutip dari Yahoo News.
Baca juga: Arab Saudi Tolak Laporan Intelijen AS tentang Pembunuhan Jamal Khashoggi
Baca juga: Pendukung Trump Ingin Ledakkan Capitol AS dan Bunuh Anggota Kongres
Anggota parlemen mengatakan laporan intelijen ini menunggu tanggapan dan ketegasan pemerintah AS.
Parlemen berharap ada kemungkinan hukuman bagi putra mahkota Arab Saudi.
"Tingkat tertinggi pemerintah Saudi, termasuk Putra Mahkota Mohammed bin Salman, bersalah atas pembunuhan jurnalis dan penduduk Amerika Jamal Khashoggi," kata Ketua Komite Intelijen DPR, Adam Schiff.
Schiff menilai pemerintahan Joe Biden perlu segera menindak aktor-aktor yang terlibat dalam pembunuhan kolumnis Washington Post ini.
"Juga menilai kembali hubungan AS dengan Arab Saudi," kata Schiff.
Pemerintahan Biden mengisyaratkan tidak akan mengambil tindakan langsung kepada putra mahkota.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan membatasi visa bagi orang-orang yang terlibat pembunuhan Khashoggi.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan kebijakan pembatasan visa akan berlaku untuk 76 orang Saudi yang diyakini telah terlibat atau mengancam para kritikus Saudi di luar negeri.
Jadi larangan ini tidak hanya berlaku untuk kasus Khashoggi saja.
Departemen Keuangan mengumumkan sanksi terhadap Ahmed al-Asiri, pejabat tinggi militer Saudi yang dipecat setelah pembunuhan Khashoggi.
Menlu AS tidak menindak langsung putra mahkota, sebagai bagian dari strategi mempertahankan hubungan baik dengan Arab Saudi.
"Hubungan dengan Arab Saudi lebih besar daripada satu individu," kata Blinken saat konferensi pers, Jumat (26/2/2021).
Dia mengatakan pemerintah sedang melakukan peninjauan penjualan senjata untuk memastikan Amerika Serikat menghentikan pengiriman senjata ofensif ke kerajaan.
Pernyataan Blinken membuat kecewa dan marah anggota parlemen serta aktivis HAM.
"Pemerintahan Biden dan pemerintah internasional lainnya harus meminta pertanggungjawaban MBS atas pembunuhan Khashoggi dengan memberlakukan kepadanya berbagai sanksi, termasuk pembekuan aset," kata kelompok HAM.
Menurut kelompok ini, Biro Investigasi Federal juga harus menyelidiki pembunuhan Khashoggi, seorang warga negara AS, seperti menginvestigasi warga AS lainnya yang dieksekusi di luar negeri.
Laporan intelijen dirilis satu hari setelah Biden berbincang melalui telepon bersama ayah putra mahkota, Raja Saudi Salman.
Siapa Jamal Khashoggi?
Jamal Khashoggi merupakan seorang jurnalis yang dikenal kerap mengkritisi keluarga penguasa Arab Saudi.
Khashoggi kerap mengritik Putra Mahkota dan pemimpin de facto Arab Saudi, Mohammad bin Salman.
Khashoggi tewas di dalam konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018 saat berusia 59 tahun.
Sejumlah pihak meyakin jurnalis Washington Post ini disiksa secara brutal selama beberapa hari di dalam konsulat.
Diduga ada tim pembunuh sejumlah 15 orang yang didatangkan dari Arab Saudi.
Menurut laporan intelijen AS, 7 orang diantaranya merupakan orang khusus Pangeran Mohammed bin Salman, yakni Pasukan Intervensi Cepat (RIF).
RIF bertugas mengamankan putra mahkota, dan dikatakan terlibat langsung dalam operasi penindasan kritikus baik di dalam negeri maupun luar negeri atas arahan putra mahkota.
Baca juga: Biden: Akan Ada Pengumuman Soal Sanksi untuk Putra Mahkota Arab Saudi
Baca juga: POPULER INTERNASIONAL: Arab Saudi vs AS tentang Pembunuhan Jamal Khashoggi | Kata Pertama Archie
"Kami menilai bahwa anggota RIF tidak akan berpartisipasi dalam operasi melawan Khashoggi tanpa persetujuan Pangeran Salman," kata laporan itu.
Pejabat intelijen mencatat bahwa MBS memandang Khashoggi sebagai ancaman bagi kerajaan dan mendukung pembungkamannya.
Penyiksaan Khashoggi direkam lalu jenazahnya dimutilasi dan diam-diam dikeluarkan dari konsulat.
Putra mahkota membantah bahwa dia memerintahkan pembunuhan Khashoggi.
Otoritas Saudi mengakui ada orang pemerintahan yang terlibat namun menilainya sebagai operasi yang salah.
Pada 2019, pengadilan di Arab Saudi menghukum mati lima orang atas pembunuhan Khashoggi, tetapi tidak menyalahkan keluarga kerajaan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)