Ketika Ratusan Orang Hadiri Pemakaman Angel, Gadis Remaja yang Ditembak di Kepala Saat Demo Myanmar
Ratusan pelayat berkumpul untuk menghadiri pemakaman seorang demonstran remaja berusia 19 tahun yang ditembak mati aparat Myanmar.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Seorang pemimpin komunitas Chin di New Delhi mengatakan polisi jarang melarikan diri ke India.
"Ini adalah sesuatu yang tidak biasa," kata James Fanai, presiden Komite Pengungsi Chin yang berbasis di India.
"Karena di masa lalu, polisi dan militer hanya mengikuti perintah penguasa."
Dewan militer Myanmar yang berkuasa telah menekankan pentingnya polisi dan tentara melakukan perintah.
Militer Myanmar Tak Takut Sanksi Internasional
Militer Myanmar menyatakan tidak takut terhadap ancaman sanksi internasional terkait kudeta yang mereka lakukan pada 1 Februari lalu.
Hal itu disampaikan seorang pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (3/3/2021) waktu setempat, ketika dia mendesak negara-negara untuk "mengambil langkah-langkah yang sangat kuat" untuk memulihkan demokrasi di Myanmar.
Utusan khusus PBB di Myanmar, Christine Schraner Burgener, mengatakan 38 orang meninggal pada Rabu (3/3/2021) saat militer ingin memadamkan aksi protes.
Schraner Burgener akan memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat (5/3/2021) besok waktu setempat.
Baca juga: Sebelum Ditembak Mati dalam Demo Antikudeta Junta Myanmar, Angel Tinggalkan Pesan Ingin Donor Organ
Baca juga: Kisah Sulaeman Setelah Kena PHK, Bongkar Tabungan 25 Tahun Bekerja, Buka Usaha Pentol di Kota Serang
Myanmar telah berada dalam kekacauan sejak militer merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan banyak tokoh sipil dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
NLD memenangkan pemilu pada bulan November lalu, yang dituding militer curang. Tetapi Komisi pemilihan umum mengatakan pemungutan suara itu adil.
Schraner Burgener mengatakan bahwa dalam percakapan dengan wakil kepala militer Myanmar Soe Win, dia telah memperingatkannya, militer kemungkinan akan menghadapi langkah-langkah tegas dari beberapa negara dan isolasi sebagai ganjaran atas kudeta.
"Jawabannya adalah, 'Kami terbiasa dengan sanksi, dan kami selamat'," katanya kepada wartawan di New York, seperti dilansir Reuters, Kamis (4/3/2021).
"Ketika saya juga memperingatkan mereka akan diisolasi, jawabannya adalah, 'Kita harus belajar berjalan dengan hanya beberapa teman'."