Jepang akan Lakukan Pemeriksaan Covid-19 Skala Besar di 30.000 Fasilitas Lansia
Jepang akan mendeteksi infeksi Covid-19 yang didapat dari komunitas pada tahap awal.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pemerintah Jepang akan melakukan pemeriksaan skala besar terhadap sekitar 30.000 fasilitas lansia.
"Kami telah memutuskan untuk mengambil tindakan untuk mencegah penyebaran kembali infeksi virus corona, dan sebagai bagian dari tindakan klaster, pada akhir bulan Maret, kami akan melakukan pemeriksaan skala besar di sekitar 30.000 fasilitas untuk orang tua dan lansia," ungkap PM Jepang, Yoshihide Suga, Jumat (5/3/2021) malam.
Jepang akan mendeteksi infeksi Covid-19 yang didapat dari komunitas pada tahap awal.
"Jadi, kami akan melakukan tes PCR pada orang asimtomatik di kota-kota besar. Pemerintah ingin mengurangi jumlah orang yang baru terinfeksi dalam dua minggu mendatang, sambil terus mengurangi beban pada sistem medis, termasuk sempitnya atau kurangnya tempat tidur, dan membatalkan deklarasi darurat Covid-19," ujarnya.
Baca juga: Tak Ada China dan Jepang, Pebulutangkis Malaysia Mendominasi Perempatfinal Swiss Open 2021
Baca juga: Pejabat Kemlu Jepang Bila Ketahuan Ditraktir Perusahaan Besar Akan Diproses Sesuai UU Etika PNS
PM Suga juga menekankan tujuan perpanjangan deklarasi darurat untuk perbaikan dengan terus meminta jam kerja yang lebih pendek dan masyarakat tetap berada di rumah.
"Dalam keadaan ini, Pemerintah Metropolitan Tokyo akan mengurangi level sistem penyediaan perawatan medis ke tingkat yang setara dengan Level 2 (Red.: Terendal Level 1) yang ditunjukkan oleh pemerintah selama periode perpanjangan keadaan darurat. Itulah rencananya," kata PM Suga.
Di sisi lain, jumlah orang yang terinfeksi virus corona di Tokyo telah menurun, dan masalahnya adalah apakah jumlah orang yang terinfeksi akan berkurang lagi meningkatkan kesadaran untuk tidak ke luar rumah.
"Efek besar telah terlihat dengan jelas sejak Januari ketika deklarasi darurat Covid-19 dikeluarkan. Jumlah orang yang baru terinfeksi secara nasional telah menurun lebih dari 80 persen, jumlah pasien rawat inap dan orang yang sakit parah menurun," tambahnya.
Menurut ibu kota Tokyo, jumlah pasien rawat inap 199 lebih, pasien sakit parah 53 lebih banyak dari standar nasional, dan jumlah perawatan medis 6 lebih per 100.000 penduduk, yang dikurangi dari angka per 5 Maret kemarin.
Baca juga: Anggaran Baru Jepang Akan Buat 4 Jalur Tol Bebas Hambatan di 14 Lokasi
Baca juga: Di Nagasaki Jepang Pakaian Dalam Pelajar Sekolah Menengah Ditetapkan Berwarna Putih
"Ibukota akan terus meminta restoran untuk mempersingkat jam kerja mereka, dan akan meningkatkan kesadaran untuk menahan diri di rumah, seperti pesta selamat datang dan perpisahan dan jamuan makan bunga sakura di samping acara yang tidak perlu dan tidak mendesak agar angka tidak meningkat lagi," ujarnya.
DR. Shigeru Omi, Ketua Komite Penasihat Penanggulangan Covid-19 pemerintah Jepang juga menekankan bahwa yang berbahaya saat ini adalah Orang Tanpa Gejala (OTG) yang harus dicari dan disembuhkan.
"Kalau yang sudah positif mudah. Tapi yang OTG ini yang bahaya semakin banyak menularkan corona tanpa diketahuinya sendiri. Demikian pula kita harus mengetahui dengan pasti karakter sifat dan aslinya corona di satu daerah dari mana asalnya. Kalau asli awal corona itu diketahui, penularannya dapat ditekan," jelasnya.
Sementara itu bagi WNI yang berkeinginan vaksinasi Covid-19 di Jepang dapat menghubungi Forum BBB, kelompok bisnis WNI yang berdomisili di Jepang dengan email: bbb@jepang.com subject: Vaksinasi