Kapal Jepang Kandas di Terusan Suez, China Pakai Jalur Darat Kirim Barang ke Eropa
Semua upaya yang dikerahkan untuk mengeluarkan kapal tersebut dari terusan itu pun terbukti sia-sia.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Nasib ekspor global senilai ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) 'terancam terhambat' pada pekan lalu setelah kapal kontainer milik Jepang namun berbendera Panama, Ever Given kandas di Terusan Suez.
Semua upaya yang dikerahkan untuk mengeluarkan kapal tersebut dari terusan itu pun terbukti sia-sia.
Lloyd's List menyebut bahwa kapal yang menyimpan barang senilai 400 juta dolar AS setiap jamnya itu kini masih terperangkap di kanal tersebut.
Hal ini akhirnya membuat China 'secara dramatis' mengalihkan dan meningkatkan pengiriman barangnya ke Eropa menggunakan moda transportasi lain, yakni memanfaatkan infrastruktur kereta api di Rusia dan Asia Tengah.
Baca juga: Jelang Laporan WHO, China Beberkan Temuan Soal Asal Covid-19
Penggunaan transportasi kereta barang memang tengah 'berlipat ganda' dalam dua bulan pertama di tahun ini, setelah melihat lonjakan permintaan yang sama dengan yang terjadi pada 2019 dan 2020.
Seperti yang dilaporkan The Financial Times, mengutip data resmi yang dikutip oleh media China.
Menurut data tersebut, lebih dari 2.000 kereta barang beroperasi diantara China dan Eropa pada Januari dan Februari 2021.
Angka ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan sekitar dua kali lipat dari yang terlihat pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Pengiriman kereta barang juga dilaporkan mengalami lonjakan sebesar 50 persen pada 2020, jika dibandingkan tahun 2019.
Jika dibandingkan pada 2016, Angka lonjakan yang terjadi pada 2020 menunjukkan peningkatan sebesar 700 persen.
Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (28/3/2021), pada 2016 China berambisi memperluas perdagangan dan mengintegrasikan ruang Eurasia melalui implementasi 'Belt and Road Initiative'.
Perlu diketahui, transportasi darat melalui Rusia dan negara-negara Asia Tengah saat ini dianggap sebagai proposisi yang semakin menarik bagi beberapa eksportir.
Hal itu karena durasi transit yang lebih pendek yang ditawarkan oleh jasa pengiriman berbasis rel, ditambah dengan kelangkaan peti kemas secara global yang terjadi baru-baru ini.
Seorang penjual peralatan olahraga asal China mengatakan bahwa perusahaannya telah beralih menggunakan pengiriman melalui kereta barang untuk tujuan ekspor Eropa, di tengah lonjakan biaya transportasi berbasis laut dan waktu transit yang semakin lama.