Kim Jong Un Dikabarkan Mengeksekusi Menteri Pendidikan karena Selalu Mengeluh dan Tidak Ada Kemajuan
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dikabarkan telah mengeksekusi seorang pejabat pemerintah di negaranya
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dikabarkan telah mengeksekusi seorang pejabat pemerintah di negaranya setelah departemennya gagal mengadakan panggilan video yang cukup serta mengeluh tentang beban kerja.
Dilansir Mirror, Menteri pendidikan berpangkat tinggi yang tidak disebutkan namanya itu dilaporkan dijatuhi hukuman mati setelah dilakukan penyelidikan mengapa departemennya gagal membuat kemajuan yang memuaskan.
Laporan tentang temuan penyelidikan ke Kementerian Pendidikan Tinggi, yang dilakukan oleh Organisasi dan Departemen Bimbingan (ODG), dilihat oleh Daily NRK.
Dilaporkan departemen pendidikan Korea Utara tidak melakukan langkah yang cukup untuk menerapkan Undang-Undang Pendidikan Jarak Jauh.
Laporan tersebut mengatakan:
"OGD melakukan penyelidikan karena departemen gagal membuat kemajuan apa pun dan karena beberapa telah mengkritik kebijakan pemerintah."
Tuduhan tersebut juga dilaporkan termasuk anggota departemen yang "mengeluh di setiap pertemuan" tentang pekerjaan mereka, sementara yang lain mempertanyakan kurangnya sumber daya yang disediakan oleh negara.
Para pengawas juga dikatakan menyoroti lambannya penerapan "kebijakan pembelajaran jarak jauh", yang dianggap mengalami kemajuan yang buruk.
Setelah kematian menteri tersebut, departemen telah "diatur kembali" di bawah Ri Guk Chol, presiden Universitas Kim Il Sung, tambah laporan itu.
Selain melakukan langkah-langkah baru, "mereka berencana untuk melakukan panggilan konferensi video secara teratur", sebuah sumber menegaskan.
Langkah Eksekusi Mati oleh Kim Jong Un
Eksekusi pejabat dilaporkan bukanlah hal baru bagi Kim Jong Un.
Tahun 2019 lalu, ia dikabarkan telah mengeksekusi salah satu jenderalnya yang diduga merencanakan kudeta.
Jenderal yang tak disebutkan namanya tersebut diberitakan diceburkan ke dalam tanki yang penuh ikan piranha.
Jenderal tersebut merupakan korban terkini dari sang diktator yang dikenal telah melakukan berbagai eksekusi, termasuk salah satu untusannya di Amerika Serikat pada Mei lalu.
Seperti yang diberitakan oleh Daily Mail dari Daily Star, jenderal tersebut dimasukkan ke dalam tanki penuh piranha yang ada di kediaman Kim Jong Un di Ryongsong, Pyongyang.
Jenderal tersebut dituduh telah merencakan kudeta pada Kim Jong Un.
Diberitakan pula bahwa lengan dan tubuh jenderal tersebut digores dengan pisau sebelum diceburkan ke tanki.
Piranha yang ada di tanki tersebut diberitakan diimpor dari Brasil.
Namun, tidak diketahui apakah jenderal tersebut tewas dimangsa piranha, atau tewas karena luka benda tajam, atau apakah karena tenggelam.
Ikan-ikan piranha pemakan daging tersebut memiliki gigi berbentuk seperti silet yang bisa merobek daging dari jenazah dalam hitungan menit.
Sumber anonim dari Daily Star mengkaim bahwa Kim Jong Un mungkin terinspirasi dari film James Bond tahun 1965 lalu berjudul "You Only Live Twice".
Di film tersebut, antagonis Blofeld memiliki kolam berisi ikan hiu untuk mengeksekusi asistennya, Helga Brandt.
Pasukan intelijen Inggris berkata pada Daily Star bahwa penggunaan piranha seperti itu sangat klasik.
"Ia akan menggunakan teror dan ketakutan sebagai alat politik. Entah penggunaan piranha efisian untuk membunuh seseorang atau tidak, ia tidak peduli."
"Ia ingin semua orang tahu, termasuk orang kepercayaannya, bahwa mereka pun beresiko mengalami kematian tak menyenangkan jika terbukti berkhianat."
"Ia mengeksekusi anggota keluarganya sendiri dan membunuh petugas pemerintahan senior hanya karena tidak bertepuk tangan dengan kencang saat ia pidato."
Selain itu, metode eksekusi lain yang dipakai Kim yaitu menggunakan senjata anti-tank dan membakar tahanan sampai meti dengan pelontar api.
Sejak menjadi penerus ayahnya, Kim Jong Il sebagi diktator Korea Utara, Kim Jong Un dipercaya telah membunuh 16 orang orangnya.
Bulan Maret 2019, seperti yang dilansir oleh Daily Mail, ia mengeksekusi utusannya di Amerika, Kim Hyok Chol karena berkhianat.
Chol dikabarkan ditembak karena lebih berpihak pada Amerika saat negosiasi nuklir dengan Presiden Trump.
Ia juga telah mengeksekusi kepala tentaranya, CEO Bank Sentral Korea Utara dan duta besar di Kuba dan Malaysia.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar Korea Utara