Semakin Mengerikan, Lebih 700 Warga Sipil Tewas Pasca-Kudeta Myanmar
Korban tewas dari warga sipil anti-kudeta militer Myanmar terus bertambah hingga akhir pekan lalu sudah lebih dari 700 orang.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, YANGON - Korban tewas dari warga sipil anti-kudeta militer Myanmar terus bertambah hingga akhir pekan lalu sudah lebih dari 700 orang.
Myanmar mengalami kekacauan sejak militer mengkudeta pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu.
Seperti dilansir AFP dan Channel News Asia, Senin (12/4/2021), media setempat melaporkan cabang terbesar Myawaddy Bank di Mandalay menjadi sasaran ledakan pada Minggu (11/4/2021) pagi dan seorang penjaga keamanan terluka dalam ledakan itu.
Bank ini adalah satu di antara bisnis yang dikendalikan militer yang telah menghadapi tekanan boikot sejak kudeta, dengan banyak nasabahnya menuntut untuk menarik tabungan mereka.
Baca juga: Militer Myanmar Lepaskan Granat ke Arah Demonstran, 80 Orang Dilaporkan Tewas
Pertumpahan darah meningkat terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Demonstran berbaris melawan kudeta militer di kotapung Launglone distrik Dawei, Myanmar
Pada hari Sabtu, sebuah kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan aparat keamanan menembak mati dan menewaskan 82 demonstran anti-kudeta pada hari sebelumnya, Sabtu (10/4/2021), di kota Bago, 65km timur laut Yangon.
Secara keseluruhan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik telah memverifikasi 701 kematian sipil sejak kudeta.
Junta militer mengklaim angka yang jauh lebih rendah, yakni hanya 248 orang tewas, menurut juru bicara Hari Jumat.
Rekaman yang diverifikasi AFP pada Jumat dini hari menunjukkan para demonstran bersembunyi di balik barikade karung pasir yang menggunakan senapan buatan sendiri, karena ledakan terdengar.
Baca juga: Legislator Golkar Harap Efektivitas KTT ASEAN untuk Solusi Krisis Politik Myanmar
Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Myanmar men-tweet pada Sabtu bahwa itu mengikuti pertumpahan darah di Bago, di mana ia mengatakan perawatan medis telah ditolak untuk yang terluka.
Meskipun pertumpahan darah, para demonstran terus unjuk rasa di beberapa bagian negara itu.
Mahasiswa universitas dan profesor mereka berbaris melalui jalan-jalan Mandalay dan kota Meiktila pada Minggu pagi, menurut media setempat.
Beberapa membawa batang bunga Eugenia - simbol kemenangan.