Semakin Mengerikan, Lebih 700 Warga Sipil Tewas Pasca-Kudeta Myanmar
Korban tewas dari warga sipil anti-kudeta militer Myanmar terus bertambah hingga akhir pekan lalu sudah lebih dari 700 orang.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Theresia Felisiani
Di Yangon, pengunjuk rasa membawa spanduk bertuliskan: "Kami akan mendapatkan kemenangan, kami akan menang."
Para demonstran di sana, serta di kota Monywa, menulis pesan politik termasuk "kita harus menang" dan menyerukan intervensi PBB untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.
Baca juga: Batasi Gerakan Antikudeta, Junta Militer Myanmar Putus Akses Internet
Di seluruh negeri orang telah didesak untuk berpartisipasi dalam aksi protes obor di lingkungan mereka setelah matahari terbenam pada Minggu malam.
Kerusuhan juga meletus hari Sabtu di kota Tamu, dekat perbatasan India, di mana para demonstran berjuang kembali ketika tentara mencoba merobohkan barikade darurat yang didirikan untuk memblokir pasukan keamanan.
Dua warga sipil tewas ketika tentara mulai menembak membabi buta, kata seorang warga setempat.
Para demonstran membalas dengan melemparkan bom yang meledak dan menjungkirbalikkan sebuah truk militer, menewaskan lebih dari selusin tentara.
Baca juga: Siapa Paing Takhon? Aktor Myanmar yang Ditangkap karena Lawan Kudeta Militer
Sejumlah kelompok etnis bersenjata marah atas meningkatnya kekerasan dan jatuhnya korban jiwa.
Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA), sebuah kelompok etnis, melancarkan serangan sebelum fajar di sebuah kantor polisi, kata Brigadir Jenderal TNLA Tar Bhone Kyaw, yang menolak untuk memberikan rincian.
Media lokal melaporkan lebih dari selusin polisi tewas, sementara TNLA mengatakan militer membalas dengan serangan udara terhadap pasukannya, menewaskan sedikitnya satu tentara pemberontak.
Televisi yang dikelola junta melaporkan pada malam hari bahwa "kelompok bersenjata teroris" menyerang kantor polisi dengan persenjataan berat dan membakarnya. (AFP/Channel News Asia)