Afghanistan Takut Terjadi Perang Saudara saat Amerika Tarik Semua Pasukan Militernya Nanti
Pemerintah Afghanistan hingga warga sipil khawatir dengan kondisi negara setelah AS menarik semua pasukannya.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Afghanistan hingga warga sipil khawatir dengan kondisi negara setelah AS menarik semua pasukannya.
Amerika Serikat berencana mengakhiri perang 20 tahun di Afghanistan dengan menarik semua pasukan paling lambat 11 September.
Presiden Joe Biden pada Rabu (14/4/2021), menyatakan akan mengakhiri perang terpanjang Amerika ini pada 11 September.
AS juga akan menggeser konflik di Afghanistan melawan kelompok Taliban menjadi bukan prioritas lagi.
"Kami tidak dapat melanjutkan siklus untuk memperpanjang atau memperluas kehadiran militer kami di Afghanistan dengan harapan dapat menciptakan kondisi ideal untuk penarikan kami, mengharapkan hasil yang berbeda," kata Biden.
Baca juga: Joe Biden Hentikan Perang AS-Taliban di Afghanistan: Ini Waktunya Akhiri Forever War
Baca juga: POPULER INTERNASIONAL: Akhir Perang AS vs Afghanistan | Kedekatan Pangeran Philip dan Putri Diana
Dilansir CNN, banyak warga Afghanistan khawatir Taliban akan semakin berkuasa tanpa adanya militer AS.
Kelompok ekstremis Taliban memberontak pemerintah Afghanistan yang didukung AS.
Bahkan Taliban telah menguasai sebagian besar wilayah pedesaan di negara itu.
Pertempuran sempat melonjak tahun ini, bahkan saat pemerintah dan Taliban tengah melakukan pembicaraan damai.
Menurut laporan PBB pada Rabu, terjadi peningkatan 29% jumlah warga sipil yang tewas dan terluka selama tiga bulan pertama tahun 2021 dibanding periode yang sama pada 2020.
Kebanyakan merupakan korban kekerasan kelompok ekstremis ini.
Soal penarikan militer yang disampaikan Biden, Presiden Ashraf Ghani mengatakan menghormati keputusan AS.
Baca juga: Akhiri Perang 20 Tahun, Joe Biden akan Tarik Tentara AS dari Afghanistan Paling Lambat 11 September
Baca juga: CIA Posting Status Akui Pasok Senjata ke Cikal Bakal Taliban Afghanistan
Presiden Ghani juga menegaskan bahwa pasukannya mampu mengendalikan negara.
Tapi di sisi lain, Ketua Parlemen Afghanistan, Mir Rahman Rahmani, memperingatkan risiko terjadi perang saudara.
"Penarikan pasukan ini adalah keinginan rakyat Afghanistan, tetapi pada saat ini, kondisi belum tepat untuk mewujudkannya."
"Ada kemungkinan kembalinya perang saudara dan ini akan mengubah Afghanistan menjadi pusat terorisme internasional," kata Rahmani, menurut kanal berita Afghanistan, Tolo News.
"Sebuah penarikan diri tanpa perdamaian diselesaikan di Afghanistan adalah tidak bertanggung jawab," kata Fatima Gailani, satu dari empat wanita yang bernegosiasi dengan Taliban untuk pemerintahan Afghanistan.
Gailani juga khawatir akan ada perang saudara di Afghanistan setelah pasukan AS pergi.
Setelah sempat menguasai Afghanistan sejak 1996, Taliban digulingkan pada tahun 2001.
Perang Afghanistan
Perang Afghanistan dimulai pada Oktober 2001.
Perang didasari serangan 11 September 2001 di Menara Kembar World Trade Center oleh Al-Qaeda.
Sejak saat itu, Presiden George W. Bush memerintahkan misi Perang Melawan Terorisme di Afghanistan.
Pasukan AS diberi misi untuk menggulingkan kekuasaan Taliban, yang dituduh melindungi al-Qaeda sekaligus menangkap Osama bin Laden, pendiri Al-Qaeda.
Pada 2011, pasukan AS melacak dan membunuh pemimpin al-Qaeda, Osama bin Laden di Pakistan saat kepresidenan Barack Obama.
Pasukan AS sempat meninggalkan Irak pada 2011 di bawah kepemimpinan Obama.
Namun dikerahkan kembali saat kepresidenan Donald Trump sebagai respons atas ancaman ISIS.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)