Ahli Ungkap 5 Faktor Kasus Corona India Melonjak 30 Kali Lipat, Termasuk Percaya Diri Sudah Vaksin
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara mengungkap 5 faktor kasus corona di India melonjak 30 kali lipat.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Adhitama ikut buka suara mengenai lonjakan kasus Covid-19 yang tengah menimpa India.
Sebelum mengalami lonjakan yang disebut 'tsunami' Covid-19, Tjandra membenarkan kasus Covid-19 di India sempat melandai.
Dari biasanya 97.000 kasus perhari, turun sekira 9.000 kasus perhari pada Januari 2021 lalu.
Baca juga: Kondisi Terkini Covid-19 di India, Dianggap Seperti Serangan Monster hingga Krematorium Kewalahan
"Sebelumnya sudah turun 10 kali lipat dari 97 ribuan kasus menjadi 9 ribuan kasus pada awal 2021, tanpa vaksin," kata Tjandra, dalam tayangan Youtube Kompas TV, Senin (26/4/2021).
Kemudian, pada pertengahan April 2021, kasus Covid-19 di India tiba-tiba melonjak sangat drastis.
Bahkan, Tjandra menyebut, menurut informasi rekannya yang berada di India, 70 persen dari mereka memiliki keluarga hingga dirinya sendiri yang sakit.
"Kemudian sekarang naik 30 kali lipat dari 10 ribuan kasus menjadi 300 ribuan kasus," kata Tjandra.
Tjandra pun menilai, ada lima faktor yang menjadi penyebab melonjaknya kasus Covid-19 di India.
Pertama, lanjut Tjandra, setelah penurunan kasus pada awal 2021, masyarakat di India kendor pada protokol kesehatan.
Bahkan, beberapa tempat umum yang sebelumnya sepi, berubah menjadi ramai seakan tidak terjadi pandemi.
Baca juga: Situasi Covid-19 di India: Rumah Sakit Penuh, Oksigen Dijual di Pasar Gelap dengan Harga Tinggi
Keramaian itu ditemukan di pasar, bioskop, hingga transportasi umum seperti kereta.
"Kalau kita analisa sejauh ini ada lima kemungkinan, pertama 3M (menjaga jarak, memaki masker, mencuci tangan) kendor sekali," ujarnya.
Faktor kedua, kata Tjandra, adanya gelaran acara besar-besaran yang diadakan di India.
Mirisnya, gelaran acara tersebut umumnya tidak memperhatikan protokol kesehatan.