115 Pasien Covid-19 India Tewas Tiap Jam, Jenazah Dikremasi di Jalanan Jika Krematorium Penuh
Tsunami Covid-19 menyebabkan krematorium di India kewalahan karena setiap hari ada ratusan korban virus corona yang harus dikremasi.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
India kini duduk di posisi keempat jumlah korban Covid-19 terbanyak di dunia setelah AS, Brasil, dan Meksiko dan mencatat angka kematian tertinggi dalam sehari.
Euforia pemilu dan festival Hindu besar-besaran diduga menjadi awal mula peningkatan kasus infeksi.
Kini fasilitas kesehatan India kewalahan di tengah gelombang tsunami Covid-19.
Rumah sakit kekurangan obat hingga oksigen untuk pasien.
Lonjakan Covid-19 yang ekstrem di India ini sejatinya berdampak pada seluruh dunia.
Sebab India salah satu produsen vaksin di dunia, artinya penurunan produksi yang terjadi akan berdampak pada stok vaksin global.
Kemudian ada kemungkinan infeksi yang tidak terkendali menyebabkan mutasi virus lebih lanjut, berpotensi kebal terhadap vaksin.
Varian Covid-19 India Menyebar di 17 Negara
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (27/4/2021) mengatakan bahwa varian Covid-19 India telah ditemukan di 17 negara.
Dilansir CNA, varian Covid-19 baru di India bernama B1617 itu diduga menjadi alasan terjadi tsunami kasus infeksi di negara tersebut.
Badan kesehatan dunia ini mengatakan B1617 telah terdeteksi di lebih dari 1.200 database yang diunggah ke GISAID dari setidaknya 17 negara.
Sebagian besar kasusnya berada di 4 negara termasuk India.
Baca juga: Mendagri Minta Masyarakat Belajar dari Kasus Covid-19 di India
Baca juga: Bantuan Internasional untuk India, Joe Biden Berjanji akan Sediakan Pasokan Oksigen dan Bahan Vaksin
"Sebagian besar urutan diunggah dari India, Inggris Raya, AS, dan Singapura," kata WHO dalam pembaruan epidemiologis mingguan pandemi Covid-19.
WHO baru-baru ini menyebut B1617 sebagai "variant of interest".
Namun sejauh ini badan itu tidak melabelinya sebagai "variant of concern".
Label itu akan menunjukkan bahwa varian ini lebih berbahaya daripada versi asli virus.
Tingkat berbahaya atau tidaknya didasarkan kemampuannya yang lebih mudah menular, mematikan, atau kebal terhadap vaksin.
Berita terkait Virus Corona
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)