Ilmuwan India Desak PM Modi Rilis Data Asli Jumlah Kasus Positif dan Kematian Akibat Covid-19
Para Ilmuwan India mengimbau Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi untuk secara terbuka merilis data virus corona (Covid-19)
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Para Ilmuwan India mengimbau Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi untuk secara terbuka merilis data virus corona (Covid-19) yang akan memungkinkan mereka menyelamatkan nyawa saat kasus ini kembali melonjak pada hari Jumat waktu setempat.
Selain itu, para Ilmuwan juga meminta Modi memerintahkan para tentara untuk membuka rumah sakit militer yang mereka operasikan dalam upaya putus asa untuk mengendalikan krisis kemanusiaan besar-besaran yang melanda negara itu.
Dikutip dari laman AP News, Jumat (30/4/2021), dengan adanya 386.452 kasus baru, India kini telah melaporkan lebih dari 18,7 juta kasus positif sejak pandemi dimulai pada awal 2020.
Angka ini menunjukkan bahwa negara itu menjadi pencetak kasus positif Covid-19 nomor dua terbesar setelah Amerika Serikat (AS).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) India pada hari Jumat waktu setempat juga melaporkan terjadinya 3.498 kematian dalam 24 jam terakhir.
Namun para ahli meyakini bahwa kedua angka tersebut bukan merupakan angka sebenarnya.
Karena mereka menilai masih ada data yang disembunyikan pemerintah negara itu.
Respons terhadap pandemi India pun ditanggapi sinis oleh seruan online yang ditandatangani oleh lebih dari 350 Ilmuwan pada Jumat sore.
Mereka mendesak pemerintah untuk merilis data tentang urutan varian virus, pengujian, jumlah pasien yang pulih, dan bagaimana tanggapan masyarakat terkait program vaksinasi.
Pengajuan banding yang dilakukan para Ilmuwan ini menyebutkan bahwa data 'granular' pada pengujian tidak dapat diakses oleh pakar non-pemerintah serta beberapa pakar dari pemerintahan.
Baca juga: 29 Warga Indonesia di India Positif Covid-19
Begitu pula pekerjaan pemodelan untuk memprediksi lonjakan masa depan yang sedang dilakukan oleh para ahli yang telah ditunjuk oleh pemerintah, mereka bekerja dengan informasi yang tidak mencukupi.
Lalu hal yang sama turut dialami para Ilmuwan yang gagal mendapatkan informasi yang memungkinkan mereka dalam memprediksi berapa banyak tempat tidur, oksigen, atau fasilitas perawatan intensif yang dibutuhkan pasien.
Seruan tersebut mendesak pemerintah India dalam memperluas jumlah organisasi yang mengurutkan virus untuk mempelajari evolusinya, dan juga meningkatkan jumlah sampel yang sedang dipelajari.
Sementara itu, banyak warga India yang terus membanjiri media sosial dan aplikasi perpesanan dengan mengajukan permohonan bantuan oksigen, tempat tidur, obat-obatan, unit perawatan intensif, dan kayu untuk pembakaran jenazah (kremasi).