AS Sambut Baik Gencatan Senjata 3 Hari untuk Hormati Perayaan Idul Fitri yang Diumumkan Taliban
AS menyambut baik pengumuman Taliban bahwa gencatan senjata tiga hari akan diberlakukan di Afghanistan untuk menandai liburan Idul Fitri.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat menyambut baik pengumuman Taliban yang akan memberlakukan gencatan senjata tiga hari di seluruh Afghanistan,untuk menghormati perayaan Idul Fitri.
Pihak AS mendesak kelompok itu untuk menyetujui gencatan senjata jangka panjang.
"Kami menyambut baik pengumuman ini dan setiap langkah yang memungkinkan rakyat Afghanistan mendapat penangguhan hukuman dari kekerasan," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam konferensi pers di Washington, DC pada Senin (10/5/2021).
"Kami mendesak Taliban untuk memperpanjang gencatan senjata ini dan memerintahkan pengurangan kekerasan yang signifikan," kata Price.
Baca juga: Serangan Bom Pinggir Jalan Hantam Bus di Afghanistan, 11 Orang Tewas dan Puluhan Lainnya Terluka
Baca juga: 68 Orang Tewas, RI Kutuk Serangan Brutal yang Sasar Sekolah di Afghanistan
Melansir Al Jazeera, Taliban mengatakan sebelumnya pada Senin (10/5/2021) bahwa gencatan senjata akan mulai berlaku akhir pekan ini untuk liburan, yang berlangsung pada akhir bulan suci Ramadhan.
Beberapa jam sebelumnya, sebuah bom pinggir jalan meledakkan sebuah bus di provinsi Zabul, Afghanistan selatan, menewaskan sedikitnya 11 orang dan melukai puluhan lainnya, kantor berita Reuters melaporkan.
Sebuah pemboman dahsyat pada 8 Mei di sebuah sekolah di Kabul menewaskan 58 orang dan melukai lebih dari 100 orang, banyak dari mereka adalah siswi.
AS telah meminta Taliban untuk mengakhiri serangan terhadap warga sipil dan polisi pemerintah Afghanistan serta pasukan militer saat pasukan AS dan NATO bersiap untuk mundur dari negara itu pada tenggat waktu September.
AS juga mendesak Taliban untuk menyetujui gencatan senjata permanen dan penyelesaian politik untuk mengakhiri kekerasan, Perwakilan Khusus AS untuk Rekonsiliasi Afghanistan Zalmay Khalilzad mengatakan di Twitter.
Presiden Joe Biden telah memerintahkan sebagian besar pasukan AS untuk mundur dari Afghanistan pada 11 September, tepat saat peringatan 20 tahun serangan al-Qaeda 2001 di New York dan Washington yang mendorong invasi AS ke negara itu.
Pemerintahan Biden mengatakan AS akan mempertahankan kedutaan besar di Kabul dan kemampuan militer untuk melakukan operasi kontraterorisme di Afghanistan bahkan saat pasukan AS pergi.
"Kami akan memiliki sumber daya di kawasan ini dan kapasitas di atas cakrawala, jika ancaman muncul," kata Price pada Senin.
Selama akhir pekan, serangkaian tiga ledakan mengguncang sekolah bersama untuk anak laki-laki dan perempuan di lingkungan Syiah di Kabul barat ketika para siswa menyelesaikan kelas dan pulang ke rumah .
Taliban mengutuk serangan itu dan membantah bertanggung jawab. Price mengatakan AS masih bekerja untuk menentukan siapa yang berada di balik ledakan itu.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Selasa menyatakan hari berkabung nasional setelah serangan mematikan itu.
Baca juga: Taliban Tuntut AS Tarik Pasukan dari Afghanistan Maksimal Juli 2021
Secara terpisah di Kabul pada Senin, Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan Jenderal Qamar Javed Bajwa bertemu Ghani untuk menawarkan dukungan Pakistan untuk negosiasi politik dengan Taliban.
"Kami akan selalu mendukung [sebuah] proses perdamaian 'milik Afghanistan yang dipimpin-Afghanistan' berdasarkan konsensus bersama dari semua pemangku kepentingan," kata pernyataan militer Pakistan.
Dalam pertemuan tersebut Jenderal Bajwa didampingi oleh Kepala Staf Pertahanan Inggris Jenderal Sir Nick Carter. Inggris memiliki sekitar 750 tentara di antara 7.000 kontingen NATO di Afghanistan.
Dalam beberapa pekan terakhir, Pakistan telah bernegosiasi dengan pejuang pemberontak untuk meyakinkan mereka agar berkomitmen pada gencatan senjata, Taliban dan sumber diplomatik mengatakan kepada Reuters.
Berita lain terkait Idul Fitri
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)