Presiden Putin dan Xi Jinping Akan Saksikan Dimulainya Proyek Nuklir China-Rusia
Event ini akan menjadi signifikan sebagai arah baru kualitas tinggi kemitraan strategis komprehensif Cina-Rusia di era baru.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan menyaksikan upacara peletakan batu pertama kerjasama energi nuklir bilateral.
Acara digelar secara virtual Rabu (19/5/2021). Kementerian Luar Negeri Cina mengumumkan rencana kegiatan Presiden pada Selasa (17/5/2021), dan dikutip media Global Times.
Para pengamat mengatakan, kerja sama teknologi nuklir sipil Cina-Rusia adalah penanda kedua negara semakin dekat dalam menghadapi meningkatnya sanksi dan pembatasan AS.
Pada konferensi pers reguler Selasa, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mencatat acara tersebut akan menjadi interaksi online bilateral pertama antara kedua pemimpin pada 2021.
Event ini akan menjadi signifikan sebagai arah baru kualitas tinggi kemitraan strategis komprehensif Cina-Rusia di era baru.
Setelah mencapai pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan kerja sama energi nuklir telah menjadi prioritas kerja sama Cina-Rusia.
Zhao mengatakan kelancaran pekerjaan konstruksi empat unit pembangkit nuklir, dua di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Tianwan di Provinsi Jiangsu China Timur dan dua di Pabrik Nuklir Xudapu di Liaoning China Timur Laut, adalah buah utama dari kerja sama Cina-Rusia.
Kerjasama itu membantu mempromosikan dan meningkatkan kerja sama bilateral di sektor lain. Menurut Zhao, kerja sama tersebut merupakan proyek kerja sama energi nuklir terbesar antara kedua negara.
Li Xin, direktur Pusat Studi Rusia dan Asia Tengah di Institut Studi Internasional Shanghai, mengatakan Cina dan Rusia mencari dukungan timbal balik menghadapi tindakan keras AS dalam beberapa tahun terakhir.
"Sektor teknologi tinggi dan baru telah menjadi sektor kunci," kata Li. " China dapat mengganti beberapa teknologi AS dengan teknologi Rusia dalam menghadapi meningkatnya pembatasan teknologi dan perdagangan dari AS," imbuhnya.
Han Xiaoping, kepala analis di situs industri energi china5e.com, mengatakan kepada Global Times kedua raksasa ini seperti sudah bergantung satu sama lain.
Mereka menghadapi situasi sama, sanksi dan tindakan keras yang terus menerus oleh AS terhadap Rusia dan Cina.
Han mencatat dengan latar belakang strategi pengepungan oleh AS dan sekutunya, kerja sama energi Cina-Rusia akan membantu meningkatkan keamanan energi kedua Negara.
Perdagangan energi akan memberikan lebih banyak dorongan pada tujuan kedua negara untuk lebih meningkatkan perdagangan bilateral.
Perdagangan antara Cina dan Rusia telah kembali ke pertumbuhan positif dalam empat bulan pertama tahun ini karena efek negatif pandemi berkurang.
Angka perdagangan Januari hingga April mencapai $ 40,21 miliar, peningkatan tahun-ke-tahun sebesar 19,8 persen. Data disampaikan Kementerian Luar Negeri Cina.
Dengan peningkatan perdagangan, kementerian memperkirakan perdagangan bilateral akan mencapai level tertinggi baru pada 2021.
"Secara teknis, peristiwa ini penting karena itu berarti teknologi nuklir VVER-1200 generasi ketiga yang dikembangkan Rusia telah lulus tinjauan teknis Cina, yang paling ketat di dunia, mengingat pemahaman Cina akan teknologi generasi ketiga," kata Han.
"Salah satu keunggulan teknologi nuklir generasi ketiga adalah keamanannya, tidak akan ada kecelakaan seperti yang terjadi di Chernobyl dan Fukushima," kata Han, mencatat desain keselamatan Rusia lebih baik ketimbang teknologi barat.
Empat reaktor dilaporkan memiliki nilai kontrak 20 miliar yuan, sedangkan total biaya proyek bisa melampaui 100 miliar yuan.
Eksekutif dari China National Nuclear Power Co, anak perusahaan CNNC yang terdaftar, mengatakan kepada investor pada April, konstruksi reaktor No 7 dan No 8 dari stasiun Tianwan diharapkan akan dimulai bulan ini.
Reaktor No 7 di Tianwan kemungkinan akan menjadi yang pertama dibangun dan pekerjaan akan dimulai setiap lima bulan dari sekarang.
Hasil dari teknologi VVER-1200 di Cina akan menambah status Cina sebagai tempat pengujian untuk teknologi nuklir generasi ketiga dunia.
Teknologi itu menempatkan Rusia dalam persaingan dengan teknologi Hualong One generasi ketiga yang dikembangkan di dalam negeri, serta yang dikembangkan Westinghouse dan Orano yang berbasis di Eropa.
Han mengatakan kerja sama energi antara Cina dan Rusia juga mencakup gas alam, minyak, dan batu bara.
Bahan bakar nuklir juga bisa menjadi sektor yang sedang berkembang mengingat potensi larangan ekspor oleh Inggris dan Prancis.
Hingga April, jumlah unit tenaga nuklir yang beroperasi di daratan China telah mencapai 49, peringkat ketiga secara global, menurut data dari Administrasi Energi Nasional China.
China juga memiliki 19 unit tenaga nuklir yang disetujui untuk atau sedang dibangun. Pada 2020, pembangkit listrik tenaga nuklir menyumbang 4,9 persen dari pembangkit listrik China.(Tribunnews.com/GlobalTimes/xna)