Pasukan Khusus Kolombia Masuk Venezuela, Tewaskan Eks Pemimpin FARC
Santrich tewas menyusul penyergapan yang diorganisir tentara Kolombia pada 17 Mei. Pembunuhan di wilayah Venezuela, dekat perbatasan Kolombia.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, MEXICO CITY – Kelompok bersenjata sayap kiri Revolutionary Armed Forces of Colombia-People's Army (FARC-EP) mengumumkan kematian mantan pemimpinnya, yang dikenal sebagai Jesus Santrich.
Santrich dibunuh di wilayah Venezuela oleh pasukan khusus Kolombia.
"Kami memberi tahu Kolombia dan seluruh dunia bahwa komandan, anggota komando militer FARC-EP Jesus Santrich telah meninggal,” tulis FARC –EP lewat sebuah pernyataan dikutip Sputnik Mundo, Rabu (19/5/2021).
Menurut kelompok itu, Santrich tewas menyusul penyergapan yang diorganisir tentara Kolombia pada 17 Mei. Menurut kelompok itu, pembunuhan terjadi di Venezuela, dekat perbatasan Kolombia.
"Komando Kolombia dikirim ke sana atas perintah langsung Presiden Ivan Duque. Truk, tempat komandan berada, diserang dengan senapan otomatis dan granat,” lanjut FARC
“Pembunuh memotong jari kelingking tangan kirinya . Pasukan khusus telah telah dievakuasi menggunakan helikopter kuning ke Kolombia," lanjut FARC-ER dalam pernyataannya ke media.
Jesus Santrich beberapa waktu lalu pernah mengancam akan membunuh Presiden Ivan Duque, seperti dilaporkan jaringan televise NTN24 dikutip Sputniknews.
Baca juga: Delapan Tentara Venezuela Diculik Paramiliter Bersenjata Kolombia
Saluran TV itu memiliki rekaman video Santrich yang menyebut, "Memento mori, Duque" (Ingat kematian). Video tersebut direkam pada 13 Februari 2021.
FARC didirikan pada 1964 sebagai sayap militer Partai Komunis Kolombia untuk berjuang membangun "Kolombia Baru", sebuah masyarakat keadilan dan kesetaraan sosial.
Kelompok bersenjata itu memiliki sekira 20.000 pejuang, dan beroperasi di wilayah pegunungan Kolombia.
Pihak berwenang dan pemberontak menghabiskan waktu lama untuk menegosiasikan perdamaian, yang diakhiri dengan penandatanganan perjanjian damai.
Pada 2017, FARC membentuk elemen baru partai politik, Pasukan Alternatif Revolusioner Bersama. Namun sebagian masih melakukan perlawanan bersenjata dari wilayah Venezuela.
Pada Agustus 2019, mantan pemimpin FARC Ivan Marquez mendeklarasikan kembalinya dia ke perjuangan bersenjata.
Kolombia melakukan tindakan represif terhadap para pejuang FARC, dan baru-baru ini menangkap beberapa anggota kelompok itu atas tuduhan kriminal.
"Kabar sangat baik, polisi Kolombia melaporkan pukulan serius terhadap struktur kriminal di Maicao, La Guajira, dengan penangkapan Francisco Durango Usuga yang juga dikenal sebagai 'Ariel' atau 'Frita',” kata Presiden Kolombia Ivan Duque.
“Ia menabur teror selama 30 tahun, dia dikaitkan, antara lain kejahatan, konspirasi untuk melakukan kejahatan yang memberatkan, manufaktur, perdagangan dan membawa senjata, dan perdagangan narkoba di wilayah perbatasan dengan Venezuela," lanjut Duque lewat akun Twitternya.
Duque juga mengklaim pria yang ditangkap itu termasuk di antara mantan anggota FARC, yang pada 2019 mengumumkan pembentukan kelompok bersenjata baru.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)