TESTIMONI Jurnalis Palestina di Gaza: Ini Perang Brutal, Setiap Orang Jadi Target dan Ditembaki
Jurnalis Palestina di Gaza berbagi rasa takut namun keyakinan mereka untuk tetap mengabarkan kebrutalan Israel terhadap warga sipil Palestina
Editor: hasanah samhudi
Ia mengatakan, pengalaman kali ini berbeda. Situasinya sangat sulit. Ada risiko besar pergi ke tempat-tempat yang dibom tanpa mengetahui apakah pemboman telah berhenti atau tidak.
Baca juga: Jurnalis Palestina Tewas di Rumahnya dalam Serangan Udara Israel
Serangan udara Israel memengaruhi segalanya, katanya, menara, bangunan tempat tinggal, jalan, rumah, bahkan kantor kantor berita internasiona.
“Saya memiliki banyak ketakutan, terutama keluarga saya, di mana saya mencuri beberapa jam untuk pergi dan melihat mereka dan kembali ke lapangan. Ini adalah bagian pekerjaan kami. Kami harus menghadapi bahaya dari setiap serangan Israel,” katanya.
Samar Abu Elouf
Samar Abu Elouf bekerja dari pagi hingga sore untuk meliput berita terbaru di Gaza. Dia adalah seorang fotografer lepas, yang bekerja di New York Times dan kantor berita.
“Liputan dari serangan ini jauh lebih sulit dari sebelumnya. Pengeboman ada di mana-mana, dan jenis senjata yang digunakan berbeda-beda,” kata fotografer berusia 33 tahun itu.
Baca juga: Uni Eropa Serukan Gencatan Senjata Israel-Palestina
Seorang ibu dari empat anak, Abu Elouf mengatakan bahwa meninggalkan anak-anaknya adalah "titik lemah" nya.
“Sangat sulit untuk meninggalkan anak-anak Anda sendirian, sementara mereka sangat takut dengan suara bom yang keras di sekitar mereka,” katanya.
Beberapa hari yang lalu, Abu Elouf dan keluarganya mengevakuasi rumah mereka, setelah rudal Israel menghantam rumah tetangga mereka.
“Itu adalah saat-saat yang mengerikan. Anak-anak saya menangis dan kami meninggalkan rumah secepat mungkin. Rumah saya rusak parah akibat pemboman itu. Pecahan peluru dari rudal menembus atap,” kata Abu Elouf.
Terlepas dari tekanan ini, Abu Elouf mengatakan bahwa kesulitan tidak akan menghentikannya untuk melanjutkan pekerjaannya, dan itu meningkatkan tekadnya untuk meliput cerita tersebut.
“Saya mencoba untuk mengatasi situasi ini dan tetap seaman mungkin," tambahnya.
“Sungguh menyedihkan melihat menara dan bangunan tempat kami dulu bekerja dibom. Di setiap tempat kami memiliki kenangan yang tak terlupakan,” kata Abu Elouf.
Baca juga: Massa Gelar Aksi Bela Palestina di Kedubes Amerika: Stop Bombing Gaza
Rushdi al-Sarraj