TESTIMONI Jurnalis Palestina di Gaza: Ini Perang Brutal, Setiap Orang Jadi Target dan Ditembaki
Jurnalis Palestina di Gaza berbagi rasa takut namun keyakinan mereka untuk tetap mengabarkan kebrutalan Israel terhadap warga sipil Palestina
Editor: hasanah samhudi
Rushdi al-Sarraj (29) adalah seorang jurnalis dan pembuat film di perusahaan Ain Media.
“Pekerjaan saya tidak hanya melaporkan apa yang terjadi, tetapi menggabungkan antara jurnalisme dengan pembuatan film, yang berfokus pada pemberitaan, apa yang ada di balik pemberitaan,” katanya.
“Saya selalu mencari orang-orang yang selamat dari bawah reruntuhan bangunan mereka, berusaha menutupi cerita mereka dalam bingkai cerita pendek dan film.
"Tugas ini sulit dalam keadaan normal, jadi Anda bisa membayangkan bekerja di bawah serangan sengit yang tidak membedakan antara jurnalis, warga sipil, atau pemimpin militer,” katanya.
Mengenai pemboman gedung media oleh Israel, al-Sarraj mengatakan Israel bekerja keras "untuk membungkam gambar dan suara, dan untuk melarang berita atau informasi apa pun yang mengungkap kejahatannya".
“Pendudukan Israel membunuh banyak jurnalis Palestina. Rekan saya di perusahaan saya, Yasser Murtaja, terbunuh dalam protes damai Great March of Return dua tahun lalu, dan sekarang target jurnalis terus berlanjut,” katanya.
Baca juga: Imam Besar Masjid Istiqlal Ajak Masyarakat Indonesia Galang Dana untuk Palestina
Al-Sarraj mengatakan tugas jurnalis di Gaza berbahaya, karena kurangnya alat pelindung seperti helm, yang dilarang memasuki Jalur Gaza di bawah blokade yang terus berlanjut.
“Selalu sulit untuk memisahkan antara perasaan Anda sebagai jurnalis dan sebagai manusia ketika Anda melihat pemandangan darah yang mengerikan dan orang-orang di bawah reruntuhan,” kata al-Sarraj.
“Keluarga saya tidak berhenti menelepon saya, karena takut saya akan disakiti. Ini adalah lingkaran ketakutan dan kelelahan yang tak ada habisnya. Tapi kita harus terus membagikan pesan kita,” ujarnya. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)