Kisah Remaja Palestina Kehilangan Ayah dan Ibu Saat Israel Serang Jalur Gaza
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza memang telah dicapai sejak Jumat lalu dan saat ini kesepakatan tersebut sedang diamati dunia.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Setidaknya diperkirakan sekitar 100 perempuan dan anak-anak telah terbunuh selama pertempuran itu.
Banyak anak dipaksa menjadi yatim piatu, ini menambah jumlah puluhan ribu anak yang saat ini tumbuh tanpa orang tua di Jalur Gaza.
Kini, al-Koulak akan tinggal bersama kakek-neneknya yang akan bertanggung jawab atas pendidikannya.
Ia juga akan mengandalkan bantuan dari badan pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Palestina (UNRWA) yang baru-baru ini menerima bantuan dana dari pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden AS Joe Biden.
al-Koulak mengaku tidak dapat membayangkan bagaimana masa depannya saat tinggal di daerah di mana pemerintah jarang memberikan bantuan, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berjuang untuk mendapatkan pendanaan.
Kehidupan anak yatim di sana mungkin akan sulit untuk ditanggung.
Baca juga: Unggah Video Pro Israel di TikTok, PNS Malaysia Ditahan Polisi
"Saya tidak tahu bagaimana melanjutkan hidup saya tanpa orang tua, saya juga takut serangan Israel lain pada akhirnya akan membunuh saya," kata al-Koulak.
Selain berharap Israel dituntut bertanggung jawab atas kekacauan ini, ia juga melampiaskan kemarahannya pada komunitas internasional karena gagal menghentikan pejabat Israel dalam melakukan operasinya.
Menurut remaja ini, komunitas internasional hanya duduk diam dan menyaksikan bagaimana Gaza dihancurkan 'sekali lagi'.
Beberapa negara telah mengumumkan bahwa mereka akan mendonasikan jutaan dolar untuk rekonstruksi Jalur tersebut.
Negara yang berbatasan langsung dengan Palestina seperti Mesir pun berjanji untuk memberikan 500 juta dolar AS, begitu pula dengan AS.
Namun bagi anak-anak seperti al-Koulak, uang ini tidak akan membuat 'kenyataan dan kehidupan mereka' menjadi lebih baik.