Delhi Umumkan Pelonggaran Pembatasan Sosial ketika Kasus Covid-19 di Daerah Perdesaan Melonjak
Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal mengumumkan pelonggran pembatasan sosial di Ibu Kota Negara India ini, mulai Senin mendatang.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Otoritas India mengumumkan pelonggaran pembatasan sosial di Ibu Kota New Delhi, Jumat (28/5/2021).
Pelonggaran pembatasan sosial, setelah lockdown selama berminggu-minggu, diberlakukan karena tambahan kasus virus corona (COVID-19) di kota-kota besar mengalami penurunan.
Meski demikian, daerah perdesaan sekarang mengalami lonjakan kasus yang membebani sistem perawatan kesehatan dan menewaskan sedikitnya 160.000 orang sejak awal Maret.
Kepala Menteri Delhi, Arvind Kejriwal mengatakan, mulai Senin, pekerjaan konstruksi dan pabrik dapat dilanjutkan.
Rencananya, pelonggaran tersebut akan diberlakukan selama seminggu, untuk kemudian ditinjau kembali oleh para ahli.
"Kami memulai proses pembukaan kembali dengan sangat-sangat lambat."
"Kami akan menilai kembali setelah seminggu berdasarkan pendapat para ahli dan masyarakat," kata Arvind Kejriwal dikutip dari Channel News Asia.
Baca juga: Warga India Mulai Sembah Dewi Korona, Patung Dewi Korona Dimandikan dengan Air Kunyit dan Susu
Baca juga: Satgas Covid-19: Meninggalnya Wakil Dubes Indonesia untuk India Jadi Pelajaran Penting
India pada Jumat (28/5/2021) melaporkan 186.364 kasus Covid-19 baru selama 24 jam sebelumnya, sedangkan kematian naik 3.660 jiwa.
Angka tersebut diklaim sebagai kenaikan harian terendah sejak negara itu mengalami gelombang kedua Covid-19, 14 April 2021.
Berdasarkan data Kementerian Sosial, total kasus negara di Asia Selatan itu kini mencapai 7,56 juta, dengan jumlah kematian 318.895 jiwa.
Turunnya tambahan kasus dalam beberapa hari terakhir menawarkan harapan bahwa gelombang kedua Covid-19 segera surut.
Namun ada kekhawatiran serius, banyak infeksi baru tidak dilaporkan. Sebagian besar karena kurangnya pengujian di pedesaan.
Sementara itu, infeksi Covid-19 di wilayah Asia Selatan melampaui 30 juta pada Jumat (28/5/2021), menurut penghitungan data resmi Reuters.
Wilayah India, Bangladesh, Pakistan, Bhutan, Nepal, Maladewa dan Sri Lanka, menyumbang 18 persen dari kasus global dan hampir 10 persen kematian.
Diwartakan Channel News Asia, bulan ini, India membuka kampanye vaksinasi virus corona untuk semua orang yang berusia 18 tahun ke atas.
Namun, India belum mampu memenuhi permintaan vaksin meski menjadi salah satu produsen vaksin terbesar di dunia.
India telah menginokulasi orang-orangnya dengan vaksin AstraZeneca yang diproduksi secara lokal di Serum Institute of India, Covaxin yang dibuat oleh perusahaan lokal Bharat Biotech dan telah mulai meluncurkan Sputnik V Rusia.
Baca juga: India Catat Rekor Terendah Kasus Baru Covid-19 Selama Lebih dari Sebulan Terakhir
Baca juga: Tabung Oksigen Industri Diduga Jadi Pemicu Munculnya Kasus Jamur Hitam di India?
Perdana Menteri Narendra Modi menghadapi kritik yang meningkat atas kegagalan mengamankan vaksin karena hanya sekitar 3 persen dari 1,3 miliar penduduk India yang telah divaksinasi penuh.
Vaksinasi di India termasuk dalam golongan tingkat terendah di antara 10 negara dengan kasus terbanyak.
Adapun untuk memenuhi permintaan domestik, India menghentikan sementara ekspor vaksin pada Maret setelah menyumbangkan atau menjual lebih dari 66 juta dosis.
Penghentian tersebut telah membuat negara-negara termasuk Bangladesh, Nepal, Sri Lanka, dan banyak negara di Afrika berebut untuk mendapatkan pasokan alternatif.
Namun, India masih menghadapi kekurangan vaksin dan beberapa pemerintah negara bagiannya.
Bahkan kota-kota seperti Mumbai, telah meluncurkan tender global atau meminta pernyataan minat dari perusahaan seperti Pfizer, Moderna dan Johnson dan Johnson untuk pasokan yang mendesak.
Berita lain seputar Virus Corona
(Tribunnews.com/Rica Agustina)