Ibu Kota Afghanistan Gelap Gulita setelah Diguncang 3 Ledakan Bom, 10 Orang Tewas
Wakil juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Said Hamid Rushan menuturkan, tiga bom meledak dan mengguncang Ibu Kota Kabul, Selasa malam.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
Pada 8 Mei 2021, sebuah bom mobil dan dua bom pinggir jalan meledak di luar sekolah putri Syed-al-Shahada.
Lokasi tersebut merupakan lingkungan yang didominasi Hazara.
Insiden itu menewaskan hampir 90 orang, banyak dari mereka adalah pelajar.
Tidak ada yang mengklaim serangan itu, tetapi AS menyalahkan ISIS.
Baca juga: Vietnam Puji Timnas Indonesia, Sebut Si Anak Ajaib Bersinar Paksa Afghanistan Melolong
Penarikan Pasukan AS
Serangan baru-baru ini terjadi saat Amerika Serikat mengakhiri perang terpanjangnya dengan menarik 2.500-3.500 tentara terakhirnya bersama dengan 7.000 pasukan sekutu NATO dari Afghanistan.
Prajurit terakhir dijadwalkan pergi paling lambat 11 September, menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya kekacauan di negara yang sudah sangat tidak aman.
Kekerasan telah meningkat di Afghanistan bahkan ketika AS mencapai kesepakatan damai dengan Taliban pada Februari 2020 di bawah pemerintahan Trump sebelumnya.
Perjanjian tersebut menyerukan agar pasukan AS dan NATO yang terakhir keluar dari negara itu pada 1 Mei 2021.
Sebaliknya, penarikan dimulai pada 1 Mei setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan pada pertengahan April bahwa negara itu akan mengakhiri “selamanya perang".
Pada saat itu, dia menyatakan kelompok-kelompok bersenjata seperti al-Qaeda dan ISIL telah cukup terdegradasi dan tidak perlu lagi menempatkan ribuan tentara di Afghanistan.
Pembicaraan damai yang menemui jalan buntu antara pemerintah Afghanistan dan Taliban akan dilanjutkan di Qatar, kata seorang anggota tim negosiasi pemerintah Afghanistan, Nader Nadery.
Kedua belah pihak telah bertemu terus menerus sejak September tetapi kemajuannya hanya sedikit.
“Saya belum melihat tanda-tanda pembicaraan yang berarti dari Taliban mengenai isu-isu kunci untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini,” kata Nadery.
Berita lain terkait dengan Afghanistan
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)