Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ibu Kota Afghanistan Gelap Gulita setelah Diguncang 3 Ledakan Bom, 10 Orang Tewas

Wakil juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Said Hamid Rushan menuturkan, tiga bom meledak dan mengguncang Ibu Kota Kabul, Selasa malam.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Ibu Kota Afghanistan Gelap Gulita setelah Diguncang 3 Ledakan Bom, 10 Orang Tewas
Zakeria Hashmi/AFP
Ilustrasi. Sekira lima orang, termasuk empat dokter tewas setelah bom yang dipasang di mobil mereka meledak di Ibu Kota Afghanistan, Kabul pada Selasa (22/12/2020). 

TRIBUNNEWS.COM - Wakil juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Said Hamid Rushan menuturkan, tiga bom meledak dan mengguncang Ibu Kota Afghanistan, Kabul, Selasa malam (1/6/2021).

Ledakan tersebut menjadikan Kabul gelap gulita.

Dilansir Al Jazeera, dilaporkan 10 orang tewas dalam insiden tersebut.

"Dua bom meledak secara berurutan di lokasi terpisah di lingkungan Kabul barat Selasa malam, menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai belasan lainnya," kata Said Hamid Rushan.

Baca juga: Minibus yang Angkut Dosen dan Mahasiswa di Afghanistan Jadi Target Serangan Bom, 4 Orang Tewas

Baca juga: Selepas Kalah dari Afghanistan, Shin Tae-yong Ubah Sesi Latihan Timnas Indonesia

Ilustrasi. Sekira lima orang, termasuk empat dokter tewas setelah bom yang dipasang di mobil mereka meledak di Ibu Kota Afghanistan, Kabul pada Selasa (22/12/2020).
Ilustrasi. Sekira lima orang, termasuk empat dokter tewas setelah bom yang dipasang di mobil mereka meledak di Ibu Kota Afghanistan, Kabul pada Selasa (22/12/2020). (Zakeria Hashmi/AFP)

Sementara, juru bicara Departemen Pasokan Listrik Afghanistan membeberkan bahwa bom ketiga merusak parah stasiun jaringan listrik di Kabul utara, kata Sangar Niazai.

Rushan menjelaskan dua pemboman awal diketahui menargetkan minivan, terjadi di sebagian besar daerah etnis Hazara di Ibu Kota.

Bom yang pertama meledak di dekat rumah seorang pemimpin Hazara terkemuka, Mohammad Mohaqiq, dan di depan sebuah masjid Syiah.

Berita Rekomendasi

Untuk diketahui, kebanyakan Hazara adalah Muslim Syiah.

Bom kedua juga menargetkan sebuah minivan tetapi Rushan mengatakan rinciannya masih dikumpulkan.

Polisi menutup kedua area tersebut dan para penyelidik sedang menyaring puing-puing.

Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman tersebut.

Ilustrasi. Kerabat dan pelayat melakukan doa pemakaman di atas peti mati salah satu dari tiga pekerja media wanita yang ditembak mati dalam dua serangan terpisah, di Jalalabad pada 3 Maret 2021.
Ilustrasi. Kerabat dan pelayat melakukan doa pemakaman di atas peti mati salah satu dari tiga pekerja media wanita yang ditembak mati dalam dua serangan terpisah, di Jalalabad pada 3 Maret 2021. (NOORULLAH SHIRZADA / AFP)

Afiliasi ISIS yang beroperasi di Afghanistan sebelumnya telah menyatakan perang terhadap minoritas Muslim Syiah, yang merupakan sekitar 20 persen dari mayoritas negara Muslim Sunni yang berpenduduk 36 juta orang.

Sebelumnya mereka mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan pada bulan Mei di pembangkit listrik Afghanistan di Kabul dan di beberapa provinsi lainnya.

Baca juga: Strategi Aneh Shin Tae-yong Selamatkan Timnas Indonesia dari Kekalahan Telak Lawan Afghanistan

Baca juga: Tiga Kekuatan Baru yang Muncul Saat Timnas Indonesia Dikalahkan Afghanistan

Peristiwa Serupa

Pada 8 Mei 2021, sebuah bom mobil dan dua bom pinggir jalan meledak di luar sekolah putri Syed-al-Shahada.

Lokasi tersebut merupakan lingkungan yang didominasi Hazara.

Insiden itu menewaskan hampir 90 orang, banyak dari mereka adalah pelajar.

Tidak ada yang mengklaim serangan itu, tetapi AS menyalahkan ISIS.

Baca juga: Vietnam Puji Timnas Indonesia, Sebut Si Anak Ajaib Bersinar Paksa Afghanistan Melolong

Penarikan Pasukan AS

Serangan baru-baru ini terjadi saat Amerika Serikat mengakhiri perang terpanjangnya dengan menarik 2.500-3.500 tentara terakhirnya bersama dengan 7.000 pasukan sekutu NATO dari Afghanistan.

Prajurit terakhir dijadwalkan pergi paling lambat 11 September, menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya kekacauan di negara yang sudah sangat tidak aman.

Kekerasan telah meningkat di Afghanistan bahkan ketika AS mencapai kesepakatan damai dengan Taliban pada Februari 2020 di bawah pemerintahan Trump sebelumnya.

Perjanjian tersebut menyerukan agar pasukan AS dan NATO yang terakhir keluar dari negara itu pada 1 Mei 2021.

Ilustrasi Tentara AS.
Ilustrasi Tentara AS. (Pixabay)

Sebaliknya, penarikan dimulai pada 1 Mei setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan pada pertengahan April bahwa negara itu akan mengakhiri “selamanya perang".

Pada saat itu, dia menyatakan kelompok-kelompok bersenjata seperti al-Qaeda dan ISIL telah cukup terdegradasi dan tidak perlu lagi menempatkan ribuan tentara di Afghanistan.

Pembicaraan damai yang menemui jalan buntu antara pemerintah Afghanistan dan Taliban akan dilanjutkan di Qatar, kata seorang anggota tim negosiasi pemerintah Afghanistan, Nader Nadery.

Kedua belah pihak telah bertemu terus menerus sejak September tetapi kemajuannya hanya sedikit.

“Saya belum melihat tanda-tanda pembicaraan yang berarti dari Taliban mengenai isu-isu kunci untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini,” kata Nadery.

Berita lain terkait dengan Afghanistan

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas