Ketika Kota Paris Dalam Pengepungan, Daging Tikus Jadi Kenikmatan
Paris, Prancis, mengalami masa kelam pada abad ke 19. Saat dikepung Prusia (Jerman), warga Paris menderita kelaparan dan terpaksa makan tikus.
Penulis: Febby Mahendra
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM - ADA sejumlah menu baru bagi warga Paris ketika kota itu dalam kondisi dikepung selama empat bulan oleh pasukan Prusia (Jerman) pada akhir 1870. Warga terkurung dalam tembok sepanjang 34 km yang mengelilingi Kota Paris.
Sebanyak 200 ribu domba yang dikumpulkan sebelumnya ternyata tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan warga kota. Pada Oktober 1870, pohon-pohon di sepanjang Champs-Elyeses ditebang untuk dijadikan kayu bakar, dan warga makan daging kuda.
Pasukan Prusia memang berniat memaksa penduduk Paris menyerah karena kelaparan, dan taktik mereka membawa dampak. Anjing dan kucing masuk daftar menu, karena daging kuda sudah habis.
Kucing-kucing yang digemukan diletakkan di atas piring dan dikelilingi tikus-tikus dalam bentuk sosis-sosis kecil. Memakan tikus menjadi sebuah kenikmatan, dicampur saus khusus untuk menyamarkan bentuk dagingnya.
Ada kesepakatan, tikus yang berasal dari lokasi pembuatan bir lebih lezat dari tikus selokan, sebuah pai tikus dapat menyamarkan rasa kedua jenis tikus itu.
Kelompok elite warga Paris lebih beruntung karena dapat makan daging segar dari sejumlah binantang di kebun binatang kota. Ada daging unta, srigala, antelop, gajah, castor, dan pollux.
Sedang kelas pekerja dipaksa melakukan praktik abad pertengahan yaitu menggali kuburan dan merebus tulang-tulang manusia sebagai bahan pangan.
Berikut menu restoran mewah masa pengepungan Paris 1870
· Kaldu gajah
· Hati anjing panggang
· Punggung kucing cincang dengan mayones
· Fillet bahu anjing dengan kacang polong
· Kepala keledai
· Ragout tikus dalam saus mustars cokelat