Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Survei: Dukungan Terhadap Palestina Makin Tinggi di Amerika Serikat

Jajak pendapat Gallup menunjukkan dukungan dan simpati terhadap Palestina meningkat selama dua tahun terakhir, sementara dukungan untuk Israel menurun

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Survei: Dukungan Terhadap Palestina Makin Tinggi di Amerika Serikat
ANDREW CABALLERO-REYNOLDS / AFP
Pendukung Palestina mengadakan unjuk rasa di Lincoln Memorial di Washington, DC pada 29 Mei 2021. 

TRIBUNNEWS.COM – Konflik Palestina-Isrel di Jalur Gaza selama 11 hari lalu, menimbulkan korban jiwa yang tidak seimbang antara korban di pihak Palestina dan di pihak Isreal.

Konflik yang ditandai Israel serang Jalur Gaza dan dibalas dengan serangan roket Hamas ini juga menandai ada pergeseran pandangan di dunia luar.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Israel tampaknya makin kehilangan dukungan di Amerika Serikat. Sejumlah anggota parlemen mempertanyakan kebijakan pro-Israel pemerintah mereka.

“Ini bukan tentang kedua belah pihak,” kata anggota Kongres AS Alexandria Ocasio-Cortez dalam pidatonya. “Ini tentang ketidakseimbangan kekuatan, yang condong mendukung Israel sebagian besar karena dukungan militer dan diplomatik Amerika,” katanya.

“Presiden telah mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri. Tetapi apakah orang Palestina memiliki hak untuk bertahan hidup?” ujar Ocasio-Cortez.

Baca juga: TANGIS Pilu Warga Gaza Kehilangan Keluarga dalam Serangan Udara Zionis Israel

Rekannya, Rashida Tlaib, mengungkapkan seruan yang cukup emosional dalam pidatonya di Kongres AS,  saat dia menceritakan kisah ketidakberdayaan seorang ibu Palestina.

“Dia bilang malam ini saya menidurkan anak-anak di kamar kami sehingga ketika kami mati, kami mati bersama. Dan tidak ada yang akan hidup untuk meratapi kehilangan orang lain,” kata Tlaib sambil menangis.

Berita Rekomendasi

“Kisah ini semakin menghancurkan saya karena kebijakan dan pendanaan negara saya akan menyangkal hak ibu ini untuk melihat anak-anaknya hidup, anak-anaknya sendiri hidup, tanpa rasa takut,” katanya.

Di antara lebih dari 250 warga Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel selama 11 hari lalu, 66 orang adalah anak-anak.

The New York Times menampilkan wajah-wajah mereka di halaman depannya. Sementara berbagai publikasi Amerika dan jaringan berita memberikan lebih banyak ruang bagi suara-suara muda Palestina selama bentrokan.

Baca juga: Penangkapan Massal Warga Palestina karena Dukung Protes Serangan Israel ke Gaza

Pergeseran persepsi Amerika mungkin semakin mencolok dilihat dari betapa antagonisnya kebijakan pemerintahan Trump terhadap tuntutan Palestina.

Sebuah jajak pendapat baru-baru ini mengungkapkan bahwa kesan Israel masih positif di AS. Tetapi, simpati terhadap Palestina telah meningkat selama dua tahun terakhir, saat Amerika berjuang melawan diskriminasi rasial di negara mereka sendiri.

Survei Gallup tentang pandangan orang Amerika tentang konflik Israel-Palestina, menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih muda dan Demokrat liberal semakin berpihak ke Palestina dalam konflik ini.

Bahkan survei  gallup dalam laporan thaunannya, yang dilakukan sebelum kekerasan di Gaza baru-baru ini menyebutkan,  bahwa pahkan pandangan Partai Republik terhadap Otoritas Palestina meningkat tahun ini.

Jajak pendapat Gallup itu juga menyebutkan bahwa simpati terhadap Israel berkurang 15 persen. Survei menemukan bahwa 33 persen Demokrat liberal lebih bersimpati dengan Israel, namun yang bersimpati terhadap Palestina lebih besar, yaitu  48 persen.

Sebelum munculnya gerakan Black Lives Matter (BLM) untuk keadilan rasial dua tahun lalu, Demokrat Liberal bersimpati secara merata terhadap Israel dan Palestina.

Baca juga: Ribuan Warga Amerika Unjuk Rasa Dukung Palestina dan Tuntut AS Setop Dukungan ke Israel

“Pandangan Demokrat moderat dan konservatif hampir merupakan cerminan dari Demokrat liberal: 48 persen lebih bersimpati dengan Israel dan 32 persen dengan Palestina pada 2021, menghasilkan +16 simpati bersih untuk Israel,” tambah survei itu.

“Simpati terhadap Israel telah menurun di antara kedua kelompok Demokrat,” ungkap survei itu dalam kesimpulannya.

Dikatakan: “Pandangan Demokrat sekarang berada pada titik kritis, dengan simpati mereka untuk Palestina kira-kira sama dengan simpati mereka untuk Israel, sementara Demokrat liberal telah sepenuhnya melewati ambang batas dan sekarang lebih bersimpati dengan Palestina.”

Dana al-Kurd, penulis Polarized and Demobilized: Legacies of Authoritarianism in Palestine dan asisten profesor di Institut Doha untuk Studi Pascasarjana, mengatakan perubahan persepsi terjadi  lebih karena  aktivisme digital yang konsisten dan efektif oleh orang Palestina daripada media Amerika.

Dia menambahkan inklusivitas yang lebih besar dalam partai Demokrat di bawah Joe Biden sebagai Presiden AS tentu memainkan peran.

Baca juga: Survei SMRC: 71 Persen Masyarakat Indonesia Mengatakan Israel Bersalah

“Dengan semakin banyaknya orang kulit berwarna ke Kongres dan lembaga kekuasaan banyak membuat perbedaan,” kata al-Kurd.

“Yang terpenting, juga, Black Lives Matter – itu benar-benar mengubah wacana dan mengubah cara orang memandang isu rasisme dan apartheid. Dan warga Palestina sangat mendukung gerakan Black Lives Matter dan menjalin hubungan dengan para aktivis dan penyelenggara. Jadi itu telah mengubah persepsi tentang masalah Palestina,” katanya.

“Kami melihat suara Yahudi untuk pro perdamaian, dan munculnya diskusi yang sangat progresif di antara orang Yahudi Amerika. Semua itu telah mengikis dukungan untuk Israel, katanya.

Anwar Mhajne, asisten profesor di Stonehill College di Massachusetts dan pakar hubungan internasional, mengakui bahwa tampaknya ada sedikit perubahan dalam sikap pers Amerika terhadap konflik tersebut. Ia mengaitkannya dengan perubahan yang lebih luas dalam politik AS.

“Beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Demokrat yang berbicara menentang dukungan militer Amerika Serikat untuk Israel dan menyerukan perlindungan hak-hak Palestina juga merupakan bukti peningkatan visibilitas suara Palestina dan pengakuan atas penderitaan dan pengalaman Palestina di wilayah pendudukan tersebut,” kata Mhajne.

Baca juga: Ini Jawaban Israel dan AS Tanggapi Resolusi PBB untuk Menyelidiki Kejahatan di Gaza

“Ini adalah perubahan penting yang disadari dan coba dimanfaatkan oleh para aktivis di dalam dan luar negeri untuk mempromosikan perjuangan mereka,” ujarnnya.

Perubahan pandangan di AS ini diharapkan dapat mendorong pemerintahan Biden memainkan peranan sesuai janji AS selama ini.

Juru Bicara Badan Pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA), Tamara al-Rifai mengatakan, masalah konflik yang belum terselesaikan, termasuk penderitaan pengungsi Palestina, mendapat perhatian yang sangat dibutuhkan setelah waktu yang lama.

Dari dua juta orang di Gaza, 1,4 juta adalah pengungsi, kata al-Rifai sambil menambahkan bahwa sudah waktunya untuk membawa pembicaraan ke depan menuju resolusi yang langgeng.

“Ada lingkungan yang kondusif untuk memikirkan kembali masalah pengungsi Palestina dan perlunya persamaan hak dan non-diskriminasi di wilayah Palestina yang diduduki,” katanya kepada Al Jazeera.

Baca juga: Serangan Udara Israel Itu Menewaskan Pria Lumpuh, Istri, dan Putrinya

“Komisaris Jenderal UNRWA memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Kamis pekan lalu dan menegaskan kembali bahwa hanya jalur politik sejati yang dapat membawa perdamaian abadi – dan bukan hanya gencatan senjata yang rapuh,” kata al-Rifai.

“AS telah melanjutkan kembali dukungan kuatnya kepada UNRWA tahun ini, yang merupakan sesuatu yang benar-benar kami sambut, tidak hanya sebagai donor tetapi juga sebagai mitra dan negara anggota PBB dengan bobot/gravitasi yang cukup untuk membantu mengarahkan pembicaraan kembali ke satu menemukan solusi politik,” ujarnya.

Seorang jurnalis Amerika, Emily Wilder, dipecat dari  The Associated Press lantaran tweet-nya yang dianggap mencerminkan bias terhadap Palestina.

Wilder membantah tuduhan itu dan dalam sebuah pernyataan mengatakan dia telah menjadi "korban penegakan aturan yang tidak adil seputar objektivitas dan media sosial".

Dia mengatakan AP mengatakan kepadanya bahwa dia dipecat karena melanggar kebijakan media sosial perusahaan tetapi tidak mengatakan tweet mana yang secara khusus melanggar kebijakan itu. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas