100 Tahun Pembantaian Tulsa, Pemakaman Massal Para Korban Digali untuk Keperluan Identifikasi
Para arkeolog dan sejarawan melakukan penggalian kuburan massal di Pemakaman Oaklawn, Oklahoma, Tulsa pada hari Selasa (1/6/2021).
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Para arkeolog dan sejarawan melakukan penggalian kuburan massal di Pemakaman Oaklawn, Oklahoma, Tulsa pada hari Selasa (1/6/2021).
Tujuan utama dari pekerjaan mereka adalah untuk menentukan apakah orang-orang yang dimakamkan di kuburan massal itu terkait dengan Pembantaian Ras Tulsa tahun 1921, newson6.com melaporkan.
Seseorang meletakkan bunga di batu nisan Reuben Everett dan Eddie Lockard, dua korban pembantaian yang diidentifikasi.
Kuburan massal itu ditemukan di dekat kedua batu nisan itu pada Oktober 2020 saat dilakukan penggalian uji coba.
Para arkeolog mengatakan mereka menemukan 12 peti mati saat itu.
Tim mengatakan jika dimensi kuburan massalnya akurat, mungkin ada lebih dari 30 orang di kuburan massal itu.
Baca juga: Joe Biden Jadi Presiden AS Pertama yang Peringati Pembantaian di Tulsa, Kunjungi Situs Bersejarah
Baca juga: POPULER Internasional: Joe Biden Peringati Pembantaian Tulsa | Vaksin Sinovac Disetujui WHO
Setelah penggalian tanah sedalam beberapa kaki dilakukan, para arkeolog akan mendokumentasikan gambar dan informasi tentang sisa-sisa jasad saat ditemukan, kemudian dengan hati-hati mengeluarkannya dari tanah.
Tim ilmuwan akan melakukan pekerjaan lab dan analisis di lokasi itu juga.
Pemeriksaan diperkirakan akan memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk mempelajari sisa-sisa dan membuat kesimpulan.
Pekerjaan galian dijadwalkan dimulai pukul 10.00 Selasa pagi.
Setelah itu, tim akan terus bekerja di Oaklawn Senin sampai Jumat dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore sampai pekerjaan selesai.
Sejarawan dan penduduk asli Tulsa, Scott Ellsworth, mengatakan para korban pembantaian tahun 1921 harus diingat dalam sebuah monumen peringatan, seperti Makam Prajurit Tidak Dikenal di Pemakaman Nasional Arlington.
"Orang-orang ini, sisa-sisa ini, tempat suci ini akan menjadi tempat suci, tidak hanya bagi para korban pembantaian ras Tulsa, tetapi juga bagi para korban kekerasan rasis di Amerika," ujar Ellsworth, yang hadir saat petugas melanjutkan penggalian pada Selasa, kepada ABC News.
Pejabat kota membentuk komite pengawasan publik penasehat untuk memastikan transparansi dan partisipasi masyarakat selama penyelidikan pencarian kuburan.
Saat pertemuan komite bulan Mei, ketua Kavin Ross mengatakan penggalian yang bertepatan dengan peringatan 100 tahun pembantaian itu membawa perhatian dan minat baru mereka.
"Saya senang kita berada di satu titik dalam sejarah Oklahoma, dalam sejarah Tulsa, dan terutama dalam sejarah Amerika, bahwa seluruh dunia memperhatikan kita," kata Ross.
Setelah penggalian selesai, antropolog forensik akan bekerja untuk menentukan penyebab kematian dan mencoba mengumpulkan DNA dari sisa-sisa.
Mencocokkan DNA itu dengan kerabat potensial juga tidak mudah, ujar Walikota Tulsa G.T. Bynum.
"Bertentangan dengan apa yang Anda lihat di TV, tidak ada database DNA ajaib yang dimiliki semua orang," kata Bynum pada konferensi pers Selasa.
"Menemukan keturunan para korban ini yang ada di seluruh dunia dan mencoba mencocokkan DNA itu adalah sesuatu yang bisa memakan waktu bertahun-tahun."
Seratus tahun yang lalu, Greenwood adalah daerah makmur di Tulsa yang dikenal sebagai "Black Wall Street" dan merupakan rumah bagi 1.200 penduduk kulit hitam dan ratusan bisnis milik orang kulit hitam.
Konfrontasi antara kelompok warga kulit putih dan kulit hitam bermula saat penangkapan seorang pemuda kulit hitam bernama Dick Rowland yang kemudian berujung pada pembakaran 35 blok kota.
Sejarawan percaya bahwa ada sekitar 300 warga kulit hitam yang tewas ketika massa kulit putih menghancurkan rumah, bisnis, gereja, sekolah, rumah sakit dan bangunan lainnya dari 31 Mei hingga 1 Juni 1921.
Seratus tahun kemudian, banyak dari tubuh korban pembantaian tidak pernah ditemukan.
"Meskipun tidak ada pejabat kota di Tulsa hari ini yang menjadi saksi tahun 1921, kami adalah pelayan pemerintah yang sama dan berkewajiban meminta maaf atas kegagalan mencegah peristiwa itu terjadi," kata Bynum dalam sebuah pernyataan tertulis.
"Sebagai Walikota Tulsa, saya meminta maaf atas kegagalan pemerintah kota untuk melindungi komunitas kami pada tahun 1921 dan melakukan yang benar oleh para korban Pembantaian Ras setelahnya."
"Para korban - pria, wanita, anak kecil - layak mendapatkan yang lebih baik dari kota mereka, dan saya sangat menyesal mereka tidak menerimanya."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar pembantaian ras Tulsa