Fase Baru Perang Politik Israel, Lawan Netanyahu Dorong Pemungutan Suara Lebih Cepat
Fase baru perang politik di Israel dimulai hanya beberapa jam setelah Yair Lapid dan Naftali Bennett mencapai kesepakatan membentuk pemerintahan baru.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati

TRIBUNNEWS.COM - Fase baru perang politik di Israel dimulai hanya beberapa jam setelah pemimpin oposisi Yair Lapid dan mitra koalisinya, Naftali Bennett sepakat membentuk pemerintahan baru, Rabu malam (2/6/2021).
Lawan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Kamis (3/6/2021) mendorong agar diadakannya pemungutan suara lebih cepat.
Hal ini untuk mengakhiri pemerintahan Netanyahu yang sudah berlangsung selama 12 tahun berturut-turut.
Melansir Al Jazeera, kubu anti-Netanyahu mencegah pria berusia 71 tahun dan sekutunya untuk menggagalkan upaya koalisi yang baru saja diumumkan.
Pengumuman terbentuknya pemerintahan baru itu memicu proses kompleks yang kemungkinan akan berlangsung pekan depan.
Baca juga: Terjadi Gejolak Politik di Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu Terancam Digulingkan
Baca juga: Calon Perdana Menteri Baru Israel di Mata Warga Palestina: Tidak Berbeda, Mereka Semua Jahat

Dengan demikian, Netanyahu memiliki waktu untuk menekan anggota koalisi secara ideologis agar selaras dengannya dan keluar dari kelompok itu.
"Netanyahu tidak mungkin merelakan rekornya memimpin Israel berakhir tanpa pertarungan," kata analis.
Saat ini, Netanyahu tengah terjerat ancaman hukuman penjara karena tersandung tuduhan korupsi.
Pada Kamis (3/6/2021) kemarin, Netanyahu memancing keraguan antara anggota parlemen sayap kanan mengenai persekutuan dengan sayap kiri yang melawannya.
"Semua anggota parlemen yang dipilih dengan suara dari kanan harus menentang pemerintah sayap kiri yang berbahaya ini," kata Netanyahu.
Baca juga: Israel Bebas Bepergian Tanpa Masker, Per 1 Juni 2021 Telah Mencabut Status Pandemi Covid-19

Mengkhianati nilai-nilai sayap kanan
Pertanyaannya adalah apakah koalisi dengan total 61 suara akan bersatu melalui pemungutan suara Knesset yang beranggotakan 120 orang dan siapa yang akan memimpin pemungutan suara itu?
Netanyahu menuduh mantan sekutu yang bergabung dengan koalisi telah mengkhianati nilai-nilai sayap kanan.
Salah satu faktor yang menguntungkan Netanyahu: ketua parlemen saat ini adalah sekutu yang dapat menggunakan posisinya untuk menunda pemungutan suara dan memberi Netanyahu lebih banyak waktu.