Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menhan Inggris: Theresa May Bisa Jadi Kandidat Kuat Sekjen NATO Berikutnya

Sejauh ini belum ada kabar dari anggota aliansi itu terkait pembahasan mengenai siapa Sekjen NATO berikutnya.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Menhan Inggris: Theresa May Bisa Jadi Kandidat Kuat Sekjen NATO Berikutnya
IST
Bendera NATO 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Menteri Pertahanan (Menhan) Inggris Ben Wallace menilai mantan Perdana Menteri (PM) negara itu, Theresa May sebagai 'kandidat yang sangat potensial' untuk menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO berikutnya.

Pernyataan itu disampaikannya dalam sebuah wawancara dengan majalah Formiche.

Namun May yang menjabat pada periode 2016 hingga 2019 sebelum akhirnya mengundurkan diri lebih awal, sejauh ini belum secara terbuka menyatakan minatnya untuk mengambil posisi tertinggi dalam aliansi tersebut.

"Theresa May adalah Perdana Menteri yang fantastis di masa-masa yang sangat sulit. Saya bekerja dengannya sebagai Menteri Keamanan, ia tentu akan menjadi kandidat yang sangat baik," kata Wallace.

Sementara itu, pemerintah Inggris saat ini belum menemukan kandidat resmi untuk menempati posisi tersebut.

Baca juga: Pejabat Inggris Waspadai Penularan Masif Covid-19 di Zona Penggemar Piala Eropa

Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (13/6/2021), Wallace mencatat bahwa Inggris dan NATO masih 'memiliki banyak tugas yang harus dikerjakan' sebelum pemimpin baru NATO terpilih.

Berita Rekomendasi

Bagaimanapun juga, kata dia, Inggris ingin memainkan 'peranan penting' di NATO, yakni menjadi kontributor utama diantara negara-negara Eropa.

Sejauh ini belum ada kabar dari anggota aliansi itu terkait pembahasan mengenai siapa Sekjen NATO berikutnya.

Namun, mereka akan bertemu pada 14 Juni besok di Brussel, Belgia dan kemungkinan diskusi pertama akan di mulai di sana.

Perlu diketahui, Jens Stoltenberg merupakan Sekjen NATO saat ini, ia telah menjabat posisi tersebut sejak Oktober 2014 lalu.

Masa jabatannya pun baru-baru ini telah diperpanjang hingga 30 September 2022.

Ini berarti 'persaingan' untuk menggantikan posisinya masih dalam tahap awal.

Pemilihan Sekjen NATO merupakan proses informal yang dilakukan melalui diskusi negara-negara anggota tentang siapa kandidat potensial, hingga akhirnya mereka semua menyetujui 'satu orang'.

Sementara perjanjian NATO tidak menunjukkan batasan terkait siapa yang layak menjadi Sekjen.

Karena pada dasarnya, seorang pemimpin NATO yang mengkoordinasikan negara-negara anggota, biasanya merupakan seorang warga negara Eropa.

Sementara seorang Amerika menjabat sebagai Panglima Tertinggi Sekutu Eropa.

Terakhir kali seorang Inggris menjabat sebagai Sekjen NATO adalah pada periode 1999 dan 2003, saat mantan Menhan Inggris George Robertson mengambil jabatan tertinggi pada aliansi tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas