Philips Tarik Kembali Produk Ventilator dan Alat Pernapasan Karena Berisiko Masalah Kesehatan
Perusahaan alat media asal Belanda, Phillips, menarik kembali ventilator dan alat pernapasan karena berpotensi menyebabkan masalah kesehatan
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM - Perusahaan peralatan medis asal Belanda, Philips, telah menarik kembali beberapa ventilator dan alat pernapasan karena bagian busa alat tersebut dapat terurai dan menjadi racun, sehingga berpotensi menyebabkan kanker.
Dalam pernyataanya Senin (14/6), Phillips menyebutkan busa yang digunakan untuk meredam suara mesin dapat terurai dan memancarkan partikel kecil yang mengiritasi saluran udara. Gas yang dikeluarkan oleh busa yang terurai juga bisa menjadi racun atau membawa risiko kanker.
Chief Executive Philips Frans van Houten mengatakan perusahaannya adalah salah satu pembuat mesin dan ventilator sleep apnea terbesar. Barang yang ditarik berkisar 3-4 juta.
"Kami akan mengerahkan semua kapasitas kami untuk fokus sepenuhnya pada penggantian dan perbaikan unit-unit ini," kata Van Houten dalam sebuah panggilan telepon.
Menurutnya, proses ini kemungkinan akan memakan waktu satu tahun. “Itu konsekuensinya tidak bisa melayani pelanggan baru, jadi akan terjadi kelangkaan di lapangan,” katanya.
Baca juga: Tabung Oksigen dan Ventilator Diduga Jadi Penyebab Munculnya Infeksi Jamur Hitam di India
Baca juga: Kemenristek Fokus Kembangkan Ventilator ICU Pertama di Indonesia untuk Pasien Covid-19
Juru bicara perusahaan Steve Klink mengatakan sekitar 80 persen dari perangkat yang ditarik adalah mesin yang digunakan pasien sleep apnea, yang dikenal sebagai mesin Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Pengguna mesin tersebut disarankan untuk menghentikan penggunaan.
Sekitar dua pertiga dari penjualan mesin alat pernapasan sleep apnea CPAP Philips berada di Amerika Serikat.
20 persen lainnya dari produk yang ditarik adalah ventilator. Dokter dan pasien yang menggunakan ventilator yang menopang kehidupan harus terlebih dahulu harus mempertimbangkan apakah potensi bahaya dari busa melebihi risiko lain, kata perusahaan itu.
"Philips telah menerima laporan tentang kemungkinan dampak pasien akibat degradasi busa," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan. "Sampai saat ini, belum ada laporan kematian akibat masalah ini."
Juru bicara Klink mengatakan Philips telah menerima beberapa keluhan tentang perangkat, sekitar 0,03 persen dari yang dijual pada tahun 2020.
Baca juga: Presiden Trump Kirimkan Total 1.000 Ventilator ke Indonesia
Baca juga: TRIBUNNEWSWIKI - Mengenal Obstructive Sleep Apnea, Gangguan Pernapasan yang Terjadi Saat Tidur
Perusahaan mengatakan masalah itu akan menyebabkan masalah pendapatan di divisi yang membuat perangkat tetapi itu akan dikompensasi oleh kekuatan di bisnis lain.
Philips mengatakan sedang bekerja dengan otoritas kesehatan untuk penggantian busa yang aman, tetapi pertama-tama harus melewati pengujian dahulu.
Pada bulan April, Philips mengatakan pendapatan inti kuartal pertama melonjak 74 persen menjadi 362 juta euro dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, pada kenaikan 9 persen dalam penjualan yang sebanding. (Tribunnews.com/Asiaone/Hasanah Samhudi)