Dokter Top Jepang Berterima Kasih Kepada Indonesia Mengenai Obat Generik
Seorang dokter top di Jepang, Profesor Masaki Muto (72), menyatakan rasa terima kasihnya kepada Indonesia karena bisa banyak belajar mengenai obat gen
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang dokter top di Jepang, Profesor Masaki Muto (72), menyatakan rasa terima kasihnya kepada Indonesia karena bisa banyak belajar mengenai obat generik di Indonesia di masa lampau.
"Saya sangat berterima kasih kepada Indonesia karena banyak belajar mengenai obat generik, papar Profesor Masaki Muto (72), Rumah Sakit Kinugasa Area Yokosuka Dia adalah direktur Pusat Promosi Perawatan Komprehensif, dan Anggota Spesialis Kelompok Kerja Perawatan Medis Kantor Kabinet PM Jepang sejak 2019., khusus kepada Tribunnews.com sore ini (16/6/2021).
Profesor Muto mengaku telah tiga kali ke Jakarta sejak 1998 dalam program JICA (Japan International Cooperation Agency) dan melihat sendiri gudang stok kementerian kesehatan Indonesia yang ternyata di sana banyak obat generik.
"Kaget juga saya saat itu," tekannya lagi.
Mengapa? Karena di Jepang sedikit sekali penggunaan obat generik saat itu.
"Selain itu juga citra yang buruk, obat murah kualitas juga jelek. Citra buruk itu di Jepang yang membuat orang enggan memakai obat generik. Tetapi kini setelah saya kampanyekan obat generik, setelah terbuka mata saya melihat Indonesia, akhirnya tingkat penggunaan obat generik di Jepang saat ini mencapai sekitar 80%."
Kementerian kesehatan Jepang juga akhirnya ikut mempromosikan penggunaan obat generik di Jepang.
"Namun karena tahun ini ada dua kasus di mana sebuah obat generik tercampur dengan materi lain yang salah, membuat kasus cukup besar dan kekagetan di masyarakat muncul lagi, citra obat generik tertahan lagi," jelasnya lagi.
Profesor Muto selama dua tahun (1986-1988) juga pernah bekerja di Brooklyn New York Amerika Serikat, mempelajari mengenai dokter keluarga yang belum terkenal di Jepang saat itu.
"Dalam masa ini Jepang yang sudah menjadi negara tua, banyak sekali lansia, menurut saya sangat butuh dokter keluarga yang bisa menaungi, merawat para lansia dengan baik. Kementerian kesehatan pun mendukung hal tersebut."
Meskipun demikian sistim dokter keluarga tidak populer saat ini di kalangan anak muda Jepang.
Dalam setahun mungkin tidak lebih dari 100 dokter muda Jepang yang melakukan spesialisasi mengenai dokter keluarga, tambahnya.
Mengapa demikian?