Rusia dan AS Sepakat Mengadakan Pembicaraan tentang Kontrol Senjata
Kedua pihak mengadopsi deklarasi bersama, menegaskan kembali komitmen mereka terhadap prinsip "bahwa tidak mungkin ada pemenang dalam perang.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Moskow dan Washington setuju untuk mengadakan pembicaraan tentang kontrol senjata.
Hal itu disampaikan Putin dalam konferensi pers setelah pertemuan puncak bersejarah dirinya dengan Presiden AS Joe Biden di Jenewa, Swiss, seperti dilansir Reuters, Kamis (17/6/2021).
Berbicara kepada wartawan setelah pertemuan di Jenewa dengan Biden, Putin mengatakan kedua belah pihak menyadari tanggung jawab khusus atas stabilitas strategis global.
Dia mengatakan pembicaraan tentang kontrol senjata akan diluncurkan dan diadakan di tingkat antar lembaga.
Kedua pihak juga mengadopsi deklarasi bersama, menegaskan kembali komitmen mereka terhadap prinsip "bahwa tidak mungkin ada pemenang dalam perang dan itu tidak boleh diperjuangkan," kata dokumen itu, yang dibagikan di situs web Kremlin.
Deklarasi ini juga merujuk pada pembicaraan baru, yang digambarkan sebagai bertujuan untuk meletakkan fondasi atas kontrol senjata di masa depan.
Ditandatangani pada tahun 2010, perjanjian NEW START membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis, rudal dan pembom yang dapat dikerahkan Rusia dan Amerika Serikat.
Perjanjian ini membatasi Amerika Serikat dan Rusia untuk mengerahkan masing-masing tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir strategis.
Baca juga: Presiden Putin Puas dengan Penjelasan Biden yang Menyebutnya Seorang Pembunuh
Awal tahun ini, Rusia dan AS sepakat memperpanjang perjanjian Treaty on Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms (New START).
Untuk diketahui New START adalah perjanjian kontrol senjata yang disepakati Rusia dan AS sejak 2010. Perjanjian ini seharusnya berakhir pada 5 Februari lalu.
Perjanjian itu melarang kedua negara mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, membatasi rudal, dan pembom berbasis darat serta kapal selam yang mengirimnya.(Reuters)