Profesor Jepang Usulkan Agar Anak Usia 12 Tahun ke Atas Divaksinasi Covid-19
Profesor Ken Ishii mengusulkan agar anak-anak berusia 12 tahun ke atas juga divaksinasi Covid-19.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Profesor Ken Ishii mengusulkan agar anak-anak berusia 12 tahun ke atas juga divaksinasi Covid-19.
"Namun kita perlu melakukan dulu vaksinasi kepada usia yang tua karena kasus anak-anak yang terinfeksi dan jadi berat sangat sedikit sekali. Namun intinya anak-anak pun sangat direkomendasikan pula untuk divaksinasi kalau waktunya tiba di Jepang," kata Ken Ishii, Profesor, Divisi Ilmu Vaksin, Institut Ilmu Kedokteran, Universitas Tokyo, Jumat (18/6/2021).
Profesor ken Ishii mengaku pernah bekerja di US Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat selama beberapa tahun.
Selain itu Herd Community menurutnya bisa dilakukan kalau vaksinasi sudah mencapai 80 atau 90 persen.
"Di beberapa negara mungkin kalau sudah 60-70 persen bahwa Jerman mencapai 65 persen melakukannya. Tapi untuk keamanan saya pikir kalau sudah 80-90 persen tervaksinasi barulah bisa melakukan herd comunity tersebut," tambahnya.
Prof Ken Ishii saat ini adalah direktur di Pusat Penelitian Vaksin dan Ajuvan (CVAR) di Institut Nasional Inovasi Biomedis, Kesehatan dan Nutrisi (NBIOHN) serta Profesor di Laboratorium Ilmu Vaksin di Pusat Penelitian Perbatasan Imunologi (IFREC) dari Universitas Osaka di Jepang.
Prof ken Ishii lulus dengan gelar M.D dan juga memperoleh gelar Ph.D. dari Fakultas Kedokteran, Universitas Kota Yokohama, Kanagawa, Jepang.
Baca juga: 3.123 Perusahaan dan Perguruan Tinggi di Jepang Daftar untuk Mendapatkan Vaksinasi Covid-19
Ia semakin memenuhi syarat dengan pengalaman bertahun-tahun dalam penelitian vaksin yang didukung oleh berbagai buku dan publikasi berkala sejak tahun 1994 termasuk 7 tahun sebagai Visiting Scientist dan IND reviewer di Office of Vaccine Research and Review (OVRR), Center for Biologics Evaluation and Research ( CBER), Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).
Berdasarkan karirnya, ia melakukan penelitian dasar tentang pengenalan kekebalan bawaan ajuvan dan mencoba menerjemahkan ke pasar vaksin di Jepang.
"Sebagai orang Jepang kita memang sudah terbiasa dengan budaya harus benar dalam menghasilkan sesuatu, tak boleh salah. Itulah bedanya dengan budaya barat dan itulah sebabnya banyak yang stres kalau melakukan kesalahan. Sedangkan di Amerika tidak ada masalah, tinggal kita perbaiki saja," ungkap Ken Ishii.
Sementara itu beasiswa dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.