Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino Meninggal Dunia Akibat Komplikasi Paru-Paru
Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino III meninggal dunia Kamis (24/6) karena komplikasi paru-paru
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino III meninggal dunia pada Kamis (24/6) dini hari dalam usia 61 tahun.
Putra dari ikon demokrasi dan mantan presiden Corazon Aquino ini menjabat sebagai presiden dari 2010 hingga 2016.
Pemerintahannya dianggap sebagai periode kemakmuran yang panjang bagi Filipina, namun juga ditandai dengan kebijakan-kebijakan politik yang harus dibayar mahal olehnya.
Presiden Senat Vicente Sotto mengomentari kematian Aquino. "Tidak peduli apa sisi politik Anda, ketika mantan presiden meninggal, negara berduka," katanya, Kamis (24/6).
Sejauh ini pihak keluarga Benigno Aquino III belum mengkonfirmasi kematiannya. Namun berbagai organisasi berita, mengutip sumber yang dekat dengan keluarga Aquino, dan grup politiknya telah melaporkan bahwa Aquino meninggal karena komplikasi penyakit paru-paru yang berkepanjangan.
Baca juga: Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ancam yang Menolak Vaksinasi Covid-19 dengan Hukuman Penjara
Baca juga: Filipina Selidiki Penjualan Ilegal Vaksin Covid-19 via Media Sosial
Hakim Agung Mahkamah Agung Marvic Leonen menyebutkan kematian Aquino di sebuah posting Twitter.
"Saya melihatnya orang yang bermartabat dan berintegritas, Saya mengenalnya sebagai pria yang baik, didorong oleh hasratnya untuk melayani rakyat kita, orangnya rajindan dengan rasa ingin tahu yang besar dan penuh rasa ingin tahu tentang pengetahuan baru dan dunia pada umumnya. Dia akan dirindukan," kata Leonen, seperti dilansir dari The Straits Times.
Mundur 2016
Benigno Aquino mengundurkan diri sebagai presiden Filipina pada 30 Juni 2016.
Selama enam tahun kepemimpinannya, ia sangat dihormati di luar negeri, namun mendapat kritikan di dalam negeri.
Sejumlah pengamat memberi sejumlah keberhasilan dan kebijakan selama Aquino memimpin.
Baca juga: Menlu Filipina Teodoro Locsin Jr Wakili Presiden Duterte di KTT ASEAN Jakarta
Filipina mengalami pertumbuhan ekonomi tahunan rata-rata lebih dari 6,0 persen, tertinggi sejak 1970-an.
Pemerintah memperoleh status layak investasi karena keuangannya stabil. Namun para pemilih tampaknya memberinya kartu merah karena gagal mengurangi kemiskinan yang meluas.
Aquino waktu itu mengatakan prioritas utamanya selama enam tahun adalah untuk mengatasi korupsi yang melanda semua sektor masyarakat, dan dia memiliki beberapa kemenangan.