Jamur Hijau Ditemukan pada Pasien Covid-19, Ahli Sebut Risiko Kematian Bisa Naik Tiga Kali Lipat
Jamur hijau yang terdeteksi pada penderita Covid-19 dapat meningkatkan risiko kematian pada beberapa pasien berisiko tinggi, kata para ahli
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Jamur hijau yang terdeteksi pada penderita Covid-19 dapat meningkatkan risiko kematian pada beberapa pasien berisiko tinggi, kata para ahli seperti yang dilansir Mirror.
Kasus pertama Aspergillosis tercatat di India 16 Juni lalu pada seorang pria yang pulih dari infeksi Covid-19 yang kemudian harus dilarikan ke rumah sakit.
Setelah melawan Covid-19, pria berusia 34 tahun itu mulai menderita mimisan dan demam tinggi.
Ia awalnya diduga mengidap jamur hitam.
Namun setelah pemeriksaan, pria itu kemudian didiagnosis jamur hijau.
Aspergillosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Aspergillus, jamur umum yang dapat ditemukan baik di dalam maupun di luar ruangan.
Baca juga: Kasus Pertama Infeksi Jamur Hitam Ditemukan pada Pasien Covid-19 di Luar India
Baca juga: Menkes: Kasus Jamur Hitam Belum Ditemukan di Indonesia
Kebanyakan orang dapat menghirup spora Aspergillus tanpa menjadi jatuh sakit.
Tetapi jamur itu dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti reaksi alergi, infeksi paru-paru dan infeksi pada organ lain.
Para ilmuwan di Woon Chong of Albany Medical Center (WCAMC) di Negara Bagian New York kini telah menemukan bahwa kondisi seperti itu telah terjadi pada 13,5 persen pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
Mereka melihat 19 penelitian dari seluruh dunia dan menemukan 1.421 pasien Covid-19 terkait dengan aspergillosis paru (CAPA).
Namun, tak satu pun dari kasus yang terdeteksi oleh tim WCAMC berasal dari India.
Tetapi ahli lain mengatakan bahwa puluhan ribu kasus mungkin telah terlewatkan.
Profesor David Denning, Kepala Eksekutif Dana Aksi Global untuk Infeksi Jamur dan ahli aspergillosis di University of Manchester, mengatakan kepada The Sun:
"Kesadaran CAPA disorot pada tahun 2020 oleh banyak ahli, tetapi ini tampaknya tidak diterjemahkan ke diagnostik kesiapsiagaan untuk Covid parah di India."