Setelah 20 Tahun, Rombongan Terakhir Militer AS Tinggalkan Pangkalan Udara Bagram Afghanistan
Militer Amerika Serikat meninggalkan lapangan udara Bagram, pusat perang melawan Taliban di Afghanistan setelah hampir 20 tahun.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Militer Amerika Serikat meninggalkan lapangan udara Bagram, pusat perang melawan Taliban di Afghanistan setelah hampir 20 tahun.
Pasukan AS melakukan misi ke Afghanistan untuk memerangi kelompok militan Taliban dan melacak pelaku serangan 9/11 oleh Al-Qaeda.
Lapangan terbang ini diserahkan kepada Pasukan Keamanan dan Pertahanan Nasional Afghanistan, jelas dua pejabat AS pada Jumat, dikutip dari The Guardian.
Penarikan militer dari pangkalan udara Bagram menandai bahwa rombongan terakhir tentara AS sebanyak 2.500 hingga 3.500 telah meninggalkan Afghanistan atau dalam proses pemberangkatan.
Sebelumnya Presiden Joe Biden berjanji akan menarik semua pasukan Amerika Serikat secara total pada 11 September 2021.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Bertemu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Janjikan Terus Dukungan AS
Baca juga: SOSOK Mayjen TNI Gina Yoginda, Jenderal Bintang 2 yang Disebut Calon Dubes RI untuk Afghanistan
Batas waktu 11 September 2021, tepat pada peringatan serangan al-Qaeda di AS pada 2001.
Insiden ini menewaskan hampir 3.000 orang dan memicu invasi AS ke Afghanistan.
Sebagian besar tentara NATO juga sudah keluar diam-diam dari Afghanistan pekan ini.
Menurut analisa Associated Press, mayoritas pasukan Eropa meninggalkan lapangan perang tanpa selebrasi, berbeda ketika sekutu NATO datang untuk mendukung invasi AS di Afghanistan pada 2001.
AS menolak mengatakan kapan tentara terakhir akan meninggalkan Afghanistan.
Selain alasan keamanan, hal ini dirahasiakan terkait perlindungan bandara internasional Hamid Karzai di Kabul yang masih dalam perundingan.
Salah satu misi yang tersisa dari pasukan gabungan adalah untuk melindungi bandara internasional ibukota Afghanistan itu.
Sampai kesepakatan baru untuk perlindungan bandara dinegosiasikan Turki, pemerintah Afghanistan, dan Amerika Serikat, misi tampaknya dilanjutkan untuk memberi pasukan internasional otoritas hukum.
AS juga akan mengerahkan sekitar 6.500 tentara di Afghanistan untuk melindungi kedutaan besarnya di ibu kota.