Hasil Studi: 'Obat Radang Sendi' Tocilizumab dan Sarilumab Bisa Turunkan Kematian Akibat Covid-19
Obat radang sendi Tocilizumab dan Sarilumab diyakini dapat menurunkan risiko kematian dan kebutuhan terhadap ventilator diantara pasien virus corona
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Obat radang sendi Tocilizumab dan Sarilumab diyakini dapat menurunkan risiko kematian dan kebutuhan terhadap ventilator diantara pasien virus corona (Covid-19) yang dirawat di rumah sakit.
Hal ini berdasar pada analisis terhadap nyaris 11.000 pasien Covid-19.
Dikutip dari laman The Hindustan Times, Kamis (8/7/2021), studi ini muncul di Journal of American Medical Association dan mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk merekomendasikan penggunaan obat-obatan yang dikenal sebagai inhibitor Interleukin-6 (IL-6), selain kortikosteroid untuk pasien dengan kondisi Covid-19 yang parah atau kritis.
Seorang Profesor di King's College London dan penulis utama makalah tersebut, Manu Shankar-Hari mengatakan bahwa penelitian tersebut akhirnya mewakili 'bukti definitif' yang mendukung penggunaan obat-obatan itu, setelah penelitian sebelumnya menghasilkan hasil yang beragam.
Studi tersebut mengatakan bahwa pemberian salah satu obat selain kortikosteroid diantara pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, mengurangi risiko kematian sebesar 17 persen, dibandingkan dengan penggunaan kortikosteroid saja.
Pada pasien yang tidak menggunakan ventilator, risiko kematiannya berkurang 21 persen, dibandingkan dengan pasien yang hanya menggunakan kortikosteroid.
Baca juga: Ekstrak Ikan Gabus, Temulawak dan Kelor Jadi Obat Alami untuk Vaporista yang Jalani Isolasi Mandiri
Perlu diketahui, pasien Covid-19 yang masuk dalam kategori gejala berat atau parah mengalami reaksi berlebihan sistem kekebalan yang dikenal sebagai 'badai sitokin'.
Menurut penelitian tersebut, badai sitokin ini dapat menyebabkan kerusakan parah pada organ hingga kematian.
Tocilizumab dan sarilumab sebelumnya digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis, yakni suatu kondisi autoimun.
Cara kerjanya dengan menghambat efek Interleukin (IL)-6, sejenis protein yang disebut sitokin yang memberi sinyal pada tubuh untuk meningkatkan respons inflamasi.
Namun penelitian sebelumnya telah melaporkan berbagai manfaat serta tidak adanya efek dan bahaya yang ditimbulkan.
Penelitian itu tentang 'apakah IL-6 inhibitor dapat memberikan manfaat pada pasien Covid-19 yang parah'.
Hal ini yang akhirnya mendorong WHO untuk mengkoordinasikan studi baru yang menggabungkan data dari 27 uji coba acak yang dilakukan di 28 negara.
Analisis tersebut mencakup informasi pada 10.930 pasien, 6.449 diantaranya secara acak ditugaskan untuk menerima inhibitor IL-6, sementara 4.481 lainnya untuk menerima cairan yang tidak aktif atau placebo.