Beda Pandangan Politik, Duo Petinggi Facebook Dikabarkan Ribut Gegara Mantan Presiden AS Trump
Perbedaan pandangan politik terkadang bisa merembet pada memanasnya hubungan pertemanan dan bisnis.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perbedaan pandangan politik terkadang bisa merembet pada memanasnya hubungan pertemanan dan bisnis.
Seperti yang dialami CEO Facebook, Mark Zuckerberg dan COO Facebook Sheryl Sandberg, duo sosok sentral perusahaan teknologi dan jejaring aplikasi media sosial dikabarkan berseteru lantaran persoalan.
Perbedaan pandangan politik keduanya dikabarkan sempat memanas saat kepemimpinan mantan Presiden AS Donald Trump.
Hubungan Zuckerberg dan Sandberg yang terjalin baik sejak 13 tahun yang lalu, mendadak berubah karena sering mengkritik cara Sandberg menangani komunikasi terkait dengan campur tangan asing di Pemilu AS dan Cambridge Analytica.
Sebagai informasi, Cambridge Analytica adalah perusahaan konsultan politik asal Inggris yang membantu kliennya di sejumlah negara.
Perseteruan duo sosok Facebook ini terungkap dalam kutipan buku 'An Ugly Truth: Inside Facebook's Battle for Domination' yang ditulis oleh Cecilia Kang dan Sheera Frankel.
Dalam sebuah halaman buku yang diterbitkan di New York Times, penulis mengklaim bahwa hubungan antara Zuckerberg dan Sandberg mulai berubah.
Buku ini juga memuat kesaksian dari mantan dan karyawan Facebook saat ini di semua tingkat bisnis.
Bahkan, di dalam buku itu banyak terselip keretakan hubungan sosok sentral Facebook itu yang dipicu perbedaan pandangan politik.
Baca juga: Ingin Pulihkan Akun, Donald Trump Layangkan Gugatan ke Facebook, Twitter, dan Google
Juru bicara Facebook Dani Lever pun angkat bicara. Ia membantah semua kutipan yang tertulis pada buku tersebut.
Ia bahkan menuding jika penulis buku itu membuat narasi palsu berdasarkan wawancara selektif, fakta yang dipilih-pilih, dan komentar dari karyawan yang tidak puas.
"Keretakan di Facebook yang digambarkan oleh penulis sama sekali palsu. Hubungan antara Mark dan Sheryl dan orang-orang yang bekerja dengan mereka itu tidak ada," kata Lever, mengutip laman Independent, Sabtu (10/7/2021).
Dani mengklaim jika Mark Zuckerberg memiliki hubungan erat antar petinggi Facebook lainnya. Begitu juga dengan Sheryl, ia berkilah jika tudingan di buku itu tak lebih dari serangan personal saja.
"Semua bawahan langsung Mark bekerja erat dengan Sheryl, begitu juga bawahan Sheryl dengan Mark. Peran Sheryl di perusahaan tidak berubah seperti yang digambarkan dalam buku tersebut. Kutipan yang ditulis merupakan serangan personal terhadap pemimpin wanita dan mengesampingkan fakta kompetensi mereka serta meminggirkan peran dan hubungan mereka," sambung Dani.
Buku An Ugly Truth: Inside Facebook's Battle for Domination' menceritakan Sandberg yang bekerja sebagai tangan kanan Zuckerberg untuk urusan politik karena latar belakang yang dimilikinya.
Awal mula keretakan hubungan petinggi Facebook itu dicurigai bermula saat kejadian video Ketua DPR AS Nancy Pelosi yang dimanipulasi viral di Facebook.
Zuckerberg memutuskan membiarkan video tersebut di Facebook, tapi Sandberg berargumen video tersebut harus dihapus karena melanggar aturan soal disinformasi.
Kutipan buku ini mendadak hangat diperbincangkan tak lama setelah Trump menggugat Facebook dan CEO-nya Mark Zuckerberg lantaran tidak terima akunnya telah dimatikan.
Trump bersikukuh penutupan akunnya melanggar hak dan kebebasan berpendapat.
Tak hanya Facebook, Trump juga menggugat Twitter dan CEO-nya Jack Dorsey, serta Google dan CEO Sundar Pichai.
Trump menilai dihapusnya akun tersebut oleh ketiga perusahaan itu sudah melanggar hak Amandemen Pertama.