Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Krisis Ekonomi di Lebanon: Tentara Buka Tur Helikopter, Listrik Padam, hingga Mata Uang Anjlok

Dua pembangkit listrik utama di Lebanon dimatikan pada Jumat (9/7/2021) hingga membuat sebagian besar wilayah mengalami pemadaman listrik nyaris total

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Krisis Ekonomi di Lebanon: Tentara Buka Tur Helikopter, Listrik Padam, hingga Mata Uang Anjlok
JAWAB AMRO / AFP
Pemadaman listrik di sebuah lingkuhan di ibu kota Lebanon, Beirut pada 31 Maret 2021. Saat Lebanon berjuang melawan krisis keuangan terburuknya dalam beberapa dekade, mata uang lokal telah kehilangan lebih dari 85 persen nilainya di pasar gelap. Bahkan dewan kota yang pernah terkaya di negara itu mengatakan sedang berjuang untuk mempertahankan jalan-jalannya, karena tekanan ekonomi memberi tekanan pada infrastruktur yang sudah rusak. 

TRIBUNNEWS.COM - Dua pembangkit listrik utama di Lebanon dimatikan pada Jumat (9/7/2021) hingga membuat sebagian besar wilayah mengalami pemadaman listrik nyaris total.

Pembangkit listrik dimatikan karena keduanya kehabisan bahan bakar.

Dilansir BBC, kondisi ini memperburuk krisis yang membuat orang hanya bisa menerima listrik dua jam sehari. 

Lemahnya mata uang asing membuat negara ini kesulitan membayar pemasok energi dari luar negeri.

Baca juga: Analis: Krisis Lebanon Bisa jadi Satu dari 3 yang Terburuk di Dunia dalam 150 Tahun

Baca juga: KSAL Kunjungi Awak KRI Sultan Hasanuddin-366 yang Selesai Jalankan Misi Perdamaian di Lebanon

Sejumlah gedung, bangunan, dan kendaraan hancur berantakan terdampak ledakan dahsyat yang terjadi sehari sebelumnya di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020) pagi waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Patrick Baz
Sejumlah gedung, bangunan, dan kendaraan hancur berantakan terdampak ledakan dahsyat yang terjadi sehari sebelumnya di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020) pagi waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Patrick Baz (AFP/Patrick Baz)

Lebanon juga tidak mampu membayar importir obat-obatan asing, hingga apotek melakukan pemogokan.

Dua pembangkit listrik terbesar Lebanon, Deir Ammar dan Zahrani, yang memasok sekitar 40% kebutuhan listrik di negara ini dimatikan pada Jumat lalu, menurut keterangan Electricite Du Liban (EDL).

Dilaporkan kapal-kapal yang mengangkut bahan bakar seperti minyak dan gas menolak menurunkan muatan sebelum dilunasi.

Di Kota Zahle, EDL meminta masyarakat agar meminimalisir penggunaan listrik dan mengatakan bahwa pasokan listrik di seluruh wilayah Lebanon telah terputus tanpa batas.
Berita Rekomendasi

Menurut laporan BBC, sebagian besar wilayah Lebanon juga mengalami penjatahan air.

Sayangnya stasiun penyedia air yang digerakkan diesel kekurangan pasokan bahan bakar.

Lebanon telah jatuh dalam krisis ekonomi selama 18 bulan terakhir.

Mata uang negara ini, Pound Lebanon jatuh ke rekor terendah.

Toko-toko obat melakukan protes dengan tidak beroperasi pada Jumat lalu, karena tidak ada pasokan yang masuk.

Asosiasi pemilik apotek mengumumkan pemogokan di seluruh Lebanon dan mengklaim 80% toko di ibu kota Beirut ditutup.

Sejumlah warga yang terluka termasuk anak-anak mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit menyusul terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Ibrahim Amro
Sejumlah warga yang terluka termasuk anak-anak mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit menyusul terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat.  (AFP/Ibrahim Amro)

Tentara Buka Usaha Tur Helikopter

Dilansir Reuters, keruntuhan ekonomi ini juga memaksa tentara putar otak dengan membuka tur helikopter untuk membiayai pemeliharaan. 

"Perang yang kami hadapi adalah ekonomi dan oleh karena itu membutuhkan cara yang tidak konvensional dan ide yang kami miliki adalah melakukan tur helikopter," kata Kolonel Hassan Barakat, juru bicara militer.

"Biaya perjalanan ini menjamin pemeliharaan penting pesawat," ujarnya.

Tur menggunakan helikopter Robinson R44 selama 15 menit dihargai $150 atau Rp 2,1 juta.

Bank Dunia menggambarkan Lebanon saat ini mengalami salah satu depresi ekonomi terdalam dalam sejarah modern.

Mata uang kehilangan lebih dari 90% nilainya dalam waktu kurang dari dua tahun dan lebih dari setengah populasi tenggelam dalam kemiskinan.

Komandan Angkatan Darat, Jenderal Joseph Aoun bulan lalu mengingatkan krisis akan menyebabkan runtuhnya semua lembaga negara termasuk tentara.

Dia menyebut nilai gaji bulanan seorang tentara sekarang hanya $90 sekira Rp 1,3 juta.

Petugas pemadam kebakaran Lebanon mencoba memadamkan api yang terjadi di area pelabuhan Beirut, pada 10 September 2020. Kolom asap hitam tebal membubung ke langit.
Petugas pemadam kebakaran Lebanon mencoba memadamkan api yang terjadi di area pelabuhan Beirut, pada 10 September 2020. Kolom asap hitam tebal membubung ke langit. (ANWAR AMRO / AFP)

Baca juga: Hizbullah Lebanon Bangun Banyak Terowongan Infiltrasi Menuju Wilayah Israel

Baca juga: Solidaritas untuk Palestina, Aksi Protes di Lebanon Terus Berlanjut

Diketahui krisis ekonomi yang melanda Lebanon terjadi karena korupsi yang terjadi puluhan tahun dan pemborosan di pemerintahan.

Sebagai penerima besar dukungan militer AS, tentara telah menopang stabilitas Lebanon sejak akhir perang saudara 1975-90.

Qatar minggu ini mengatakan akan memberi tentara 70 ton makanan per bulan.

"Ini adalah pengalaman yang menyenangkan bagi anak-anak saya untuk melihat Lebanon, dan pantai Lebanon yang indah dari udara," kata Adib Dakkash, wisatawan dari Swiss yang menggunakan tur helikopter ini.

"Saya lebih suka menghabiskan $150 agar helikopter tentara terus beroperasi, sehingga pilot dan perwira terus terbang, daripada menghabiskannya di restoran, untuk makanan atau hal-hal yang tidak berarti," tambahnya.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas