Kisah Pesenam AS Simone Biles, Akui Pandemi Berdampak pada Kesehatan Mental para Atlet
Isolasi, ketidakhadiran keluarga, dan dukungan teman berdampak pada kesehatan mental atlet yang mengikuti Olimpiade Tokyo 2021.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Simone Biles dari tim senam wanita Amerika Serikat (AS) pada Selasa (27/7/2021) mengaku begitu berat memikul beban dunia di pundaknya.
Beban yang ia rasakan tampaknya diperparah dengan penundaan Olimpiade selama satu tahun kemarin hingga pembatasan pandemi Covid-19.
"Biasanya kita bisa berkumpul di asrama," kata Biles.
"Sungguh menyebalkan ketika Anda merasakan (memikul) beban dunia," ucapnya.
Baca juga: 10 Wakil Indonesia Main Hari Ini: Jadwal dan Hasil Atlet Kita di Olimpiade Hari Ini, Ayo Jojo!
Baca juga: Hasil Olimpiade Tokyo 2021, The Daddies Segel Tiket Semifinal, Peluang Hendra Ukir Rekor Bersejarah
Ia mengakui bahwa isolasi, ketidakhadiran keluarga, dan dukungan teman berdampak pada kesehatan mental atlet yang mengikuti Olimpiade Tokyo 2021.
Beberapa atlet Olimpiade Tokyo 2021 berjuang mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi virus corona sambil membawa harapan dapat membawa nama harus negara mereka di dunia lewat panggung olahraga.
Dilansir Reuters, para atlet Olimpiade Tokyo 2021 merasakan pelatihan pra-Olimpiade mereka terganggu oleh lockdown dan terbatasnya akses ke fasilitas atletik.
Penundaan Olimpiade Tokyo 2021 pun memicu kekhawatiran tentang jadwal kualifikasi dan persiapan perjalanan internasional tanpa tertular virus corona.
Situasi juga tak memberi dukungan berarti bagi para atlet Olimpiade Tokyo 2021 ketika keluarga dan teman-teman mereka tidak dapat bergabung dan mendukung di tribun.
Baca juga: Hasil Bulutangkis: The Daddies ke Semifinal Olimpiade Tokyo, Mohammad Ahsan Pecah Telur
Baca juga: Ketua DPR: Prestasi Rahmat Erwin Kukuhkan Tradisi Medali RI dari Angkat Besi di Olimpiade
Pandemi virus corona mendorong tim senam wanita AS untuk menghindari hiruk pikuk asrama atlet dan menginap di hotel terdekat untuk alasan keamanan, suatu hal yang dapat menghilangkangkan pengalaman mengikuti Olimpiade.
"Bukan berarti kami tidak memiliki aturan yang bagus, kami memilih itu agar aman dari Covid, (taat) protokol dan semuanya," ucap Biles.
Biles menuturkan, ia tetap dapat berkomunikasi dengan keluarganya lewat Facetime dan pesan teks.
"Semua dukungan yang benar-benar saya butuhkan," tuturnya.
"Kami memiliki banyak sumber daya yang disediakan untuk kami, tapi saya ingin bertahan sampai menit terakhir, tapi jelas itu tidak berhasil," ungkapnya.
Baca juga: Sorotan Bulutangkis Olimpiade, Pramel Akui ‘Self Error’, Nova Widianto-Richard Mainaky Pasang Badan
Baca juga: Hasil Bulutangkis Olimpiade: The Daddies On Fire, Tiket Semifinal dalam Genggaman
Cerita serupa datang dari perenang AS Katie Ledecky, yang juga mengikuti Olimpiade Tokyo 2021 dengan harapan tinggi.
Ia mengaku memahami tekanan yang dirasakan Biles sebagai atlet Olimpiade seperti dirinya.
Katanya, rekan-rekan mereka harus lebih peduli tentang apa yang terjadi di dunia daripada apakah bisa memenangkan gelar Olimpiade Tokyo 2021.
"Menjadi Olympians, itu adalah sesuatu yang kita semua harus waspadai satu sama lain dan saling membantu melalui dan pada saat dibutuhkan," kata Ledecky setelah memenangkan emas di cabang renang 1.500 meter pertama .
Baca juga: Hasil Bulutangkis Olimpiade, Kalem dan Matang, The Daddies Melangkah ke Semifinal
Baca juga: Sorotan Hasil Bulutangkis Olimpiade: Kevin Sanjaya Banting Raket, Minions Gagal ke Semifinal
Jalan yang sulit
Bahkan sebelum tiba di Tokyo, para atlet menghadapi tekanan baru dan asing terkait dengan pandemi.
Mereka harus menemukan cara untuk berlatih selama penguncian dan lolos ke acara olahraga terbesar di dunia, tanpa mengorbankan kesehatan mereka atau keluarga dan komunitas mereka.
"Ini merupakan jalan yang sulit sejak 2019," kata pesenam Angelina Melnikova dari Komite Olimpiade Rusia, yang mengalahkan Amerika Serikat untuk memenangkan emas di nomor beregu putri.
"Ketika kami mengetahui bahwa Olimpiade telah ditunda karena pandemi, basis pelatihan kami ditutup. Kami berada di karantina selama satu setengah tahun dan berlatih sepanjang waktu."
Baca juga: Lee Zii Jia Siapkan Strategi Khusus Ladeni Chen Long di Babak 16 Besar Bulutangkis Olimpiade Tokyo
Baca juga: Hasil Bulutangkis Olimpiade Tokyo - Disingkirkan Wakil Malaysia, Mimpi Marcus/Kevin Hancur Lebur
Perenang Inggris Tom Dean yang terpapar Covid-19 dua kali menjelang ke Tokyo, memaksanya menghabiskan berhari-hari dalam isolasi dan menunda pelatihannya.
Namun demikian, atlet berusia 21 tahun itu memenangkan emas untuk kategori gaya bebas 200m putra pada Selasa (27/7/2021) untuk membantu Inggris memulai awal terbaiknya di Olimpiade.
"Saya tertular Covid dua kali dalam 12 bulan terakhir," kata Dean.
Olympian lain yang tertular Covid-19 tidak seberuntung itu.
Pemain anggar Korea Selatan Oh Sanguk, yang dirawat di rumah sakit selama sebulan karena virus itu, memudar di perempat final melawan pemain Georgia Sandro Bazadze, akhirnya kalah 15-13.
"Saya merasa kekuatan fisik saya melemah, tetapi setiap kali saya memikirkan hal itu, saya merasa kepercayaan diri saya merosot," kata Oh kepada Reuters menjelang perempat finalnya, Sabtu.
Baca juga: Jadwal Atletik Olimpiade Tokyo: Lalu Muhammad Zohri Tampil di Nomor 100 Meter Putra
Baca juga: Kento Momota Tak Lolos 16 Besar, 3 Pebulutangkis Ini Dapat Angin Segar di Olimpiade Tokyo 2021
Seperti banyak orang di seluruh dunia, Olympians juga kehilangan orang yang dicintai karena virus.
Rekan setim Biles, Sunisa Lee, yang memenangkan tiga medali di kejuaraan dunia 2019, kehilangan bibi dan pamannya karena pandemi saat dia bersiap untuk Tokyo.
"Di podium, orang melihat atlet, yang lain melihat mesin yang sedang berjalan dan harus berada di posisi satu," kata Bernard Ouma, pelatih pelari Kenya Timothy Cheruiyot, juara dunia 1.500 meter.
Berita lain terkait Olimpiade Tokyo 2021
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)