Hasil Cek Fakta 4 Klaim Menyesatkan Terkait Virus Corona di Inggris
Klaim menyesatkan soal pandemi virus corona hingga penggunaan vaksin berkembang menjadi perbincangan masyarakat, terutama di Inggris.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Klaim menyesatkan soal pandemi virus corona hingga penggunaan vaksin berkembang menjadi perbincangan masyarakat, terutama di Inggris.
Dilansir BBC, berikut ini Tribunnews rangkum empat penjelasan soal klaim salah terkait virus corona, lengkap dengan penjelasannya:
Baca juga: Kasus Covid-19 di Jepang Makin Tinggi, Warga Diimbau Tak Pulang Kampung Saat Liburan Musim Panas
Baca juga: Satgas Covid-19 Tanggapi Hoaks Isu Vaksin Sebabkan Kematian 4 Tahun Mendatang
1. Klaim: Jumlah kremasi dan pemakaman tidak lebih tinggi dari biasanya
Hasil cek fakta: klaim ini tidak benar.
Orang-orang di Inggris dalam beberapa bulan terakhir berbagi data lewat Freedom of Information Request (FOI) terkait kremasi dan pemakaman di otoritas lokal di seluruh Inggris.
Berdasarkan pemeriksaan fakta, di Inggris saja ada peningkatan tajam untuk pemakaman pada 2020, terutama karena Covid-19.
Mereka mengklaim angka kematian akibat Covid-19 tidak lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya dan mempertanyakan apakah benar-benar ada kelebihan kematian akibat Covid.
Salah satu contoh yang dibagikan secara luas adalah data yang dirilis oleh Dewan Kota Birmingham.
Dewan memberi tahu BBC bahwa angka-angka yang awalnya diberikan sebagai tanggapan terhadap FOI salah karena proses pelaporan yang tidak tepat.
Data pada 2020 menunjukkan angka terendah dalam enam tahun terakhir.
Tetapi berdasarkan data yang dikoreksi, ada 8.316 penguburan dan kremasi pada 2020, lebih banyak dari tahun sebelumnya dan hampir tertinggi sejak 2009.
The Cremation Society telah menghitung 70.000 lebih kremasi pada 2020 dibandingkan pada tahun 2019.
Ada lebih dari 115.000 kematian, jumlah ini melebihi jumlah kematian biasanya sepanjang tahun di Inggris sejak wabah dimulai.
Baca juga: Permintaan Kremasi Jenazah di Tegal Alur Sangat Tinggi
2. Klaim: Vaksin tidak efektif karena pasien yang datang ke rumah sakit membludak
Hasil cek fakta: ini tidak benar.
Pada Selasa (27/7/2021), Sir Patrick Vallance, Chief Scientific Officer Inggris, memposting hasil koreksi tentang statistik yang ia rujuk selama konferensi pers sehari sebelumnya.
“Sekitar 60 persen rawat inap karena Covid bukan dari orang yang divaksinasi ganda, melainkan 60 persen awat inap dari Covid saat ini dari orang yang tidak divaksinasi,” katanya di Twitter.
Sebelum dikoreksi, angka-angka tersebut digunakan sebagai bukti untuk mengklaim "kegagalan vaksin".
Tetapi klaim bahwa vaksin tidak efektif tidak benar, lapor Koresponden Kesehatan BBC Nick Triggle.
Baca juga: Beredar Hoaks Tabung Selam Bisa Digunakan sebagai Pengganti Tabung Oksigen Medis, Cek Faktanya
3. Klaim: Covid-19 tidak berbahaya bagi orang yang tidak gemuk dan mereka yang berusia di bawah 65 tahun
Hasil cek fakta: sementara penelitian menunjukkan kemungkinan kematian akibat Covid-19 lebih tinggi pada mereka yang mengalami obesitas dan di atas 65 tahun, tidak benar untuk mengatakan bahwa virus tidak menimbulkan risiko bagi orang yang tidak termasuk dalam kategori ini.
Dua tweet terbaru yang dibagikan anggota parlemen Republik AS Marjorie Taylor Greene mengakibatkan Twitter menangguhkan akunnya selama 12 jam.
Salah satunya mengklaim bahwa Covid-19 tidak berbahaya bagi orang yang tidak gemuk dan mereka yang berusia di bawah 65 tahun.
Ia kemudian mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tidak salah untuk menyoroti obesitas sebagai faktor risiko Covid.
Dalam laporan yang dirilis awal tahun ini oleh World Obesity Federation, data 2,5 juta kematian akibat Covid-19 diambil dari lebih dari 160 negara.
2,2 juta dari kematian ini terjadi di negara-negara di mana setidaknya 50 persen dari populasi kelebihan berat badan.
"Ya, obesitas adalah faktor penting, tapi itu bukan satu-satunya faktor," kata Prof John Wilding dari Federasi Obesitas Dunia.
Baca juga: Keluarga Jenazah Pasien Covid-19 Lukai Tenaga Medis di Semarang Gara-gara Termakan Berita Hoaks
4. Klaim: Ada puluhan ribu kematian yang tidak dilaporkan di AS
Hasil cek fakta: laporan-laporan ini, yang telah dibagikan secara luas di media online, namun tidak benar.
Titik awal untuk klaim yang salah ini adalah database pemerintah AS yang disebut VAERS, di mana siapa pun di AS dapat melaporkan efek samping setelah menerima vaksin.
Video TikTok mengklaim menunjukkan kepada orang-orang bagaimana menemukan data terkait kematian akibat vaksin Covid-19 di situs web VAERS.
Video tersebut mengklaim bahwa pencarian ini melaporkan lebih dari 51.000 hasil dan bukti "penutupan".
"Namun, kami berbicara dengan Pusat Pengendalian Penyakit AS, yang memberi tahu kami bahwa metodologi yang digunakan untuk mencari data dalam video ini salah," lapor BBC.
Angka yang benar dari kematian yang dilaporkan di antara orang-orang yang menerima vaksin Covid-19 dari 14 Desember 2020 hingga 19 Juli 2021 adalah 6.207.
Yang penting, sistem VAERS tidak dirancang untuk menentukan apakah vaksin menyebabkan masalah.
Dengan kata lain, korelasi tidak sama dengan sebab akibat - salah menarik kesimpulan tentang berapa banyak dari 6.207 kematian ini yang mungkin terjadi karena vaksin.
Dalam pernyataan sebelumnya, VAERS mengatakan basis datanya mungkin mencakup "informasi yang tidak lengkap, tidak akurat, kebetulan, dan tidak terverifikasi" dan "tidak dapat digunakan untuk menentukan apakah vaksin menyebabkan atau berkontribusi pada kejadian atau penyakit yang merugikan".
Berita lain terkait Hoaks Virus Corona
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)