Malaysia: 80 Persen yang Meninggal Saat Tiba di Rumah Sakit Tak Pernah Dites Covid-19
Malaysia menyatakan 80 persen pasien yang meninggal karena Covid-19 saat tiba di rumah sakit ternyata tidak pernah menjalani tes Covid-19
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, PUTRAJAYA – Kementerian Kesehatan Malaysia menyebutkan 80 persen kematian Covid-19 saat tiba di rumah sakit (BID) adalah mereka yang tidak pernah menjalani tes Covid-19.
Wakil Direktur Jenderal Kesehatan Dr Chong Chee Kheong mengatakan, para pasien BID itu tidak memiliki akses ke diagnosis atau tidak pernah maju untuk diuji.
"Kami menemukan sebagian besar dari mereka adalah non-Malaysia," katanya pada konferensi pers tentang situasi Covid-19 Malaysia, Jumat (6/8/2021), seperti dilansir dari New Straits Times.
Dr Chong, yang juga mengepalai Satuan Tugas Khusus Lembah Klang Besar, menambahkan bahwa negara itu mencatat antara 80 dan 100 kasus BID setiap minggu.
Ia juga mengatakan ada korban Covid-19 yang meninggal akibat virus tersebut karena entah terlambat datang berobat atau tidak berobat sama sekali.
Baca juga: Pidato PM Malaysia di Parlemen: Jangan Bertengkar dan Cari Kesalahan, Mari Bersatu Hadapi Covid-19
Baca juga: Lockdown di Kuala Lumpur, Jam Malam dan Hanya Satu Orang Per Keluarga Boleh Keluar Cari Kebutuhan
Tiga Hari Tertinggi
Malaysia melaporkan 20.889 kasus baru COVID-19 pada Jumat (6/8/2021), memecahkan rekor infeksi harian selama tiga hari berturut-turut.
Dilansir dari Channel News Asia, data yang dirilis kemenkes Malaysia menunjukkan jumlah total infeksi kumulatif negara itu sekarang mencapai 1.224.595.
Selangor mencatat jumlah kasus baru tertinggi di antara negara bagian dengan 8.792, sementara Kuala Lumpur menambahkan 2.483 infeksi.
Secara keseluruhan, Lembah Klang menyumbang lebih dari setengah beban kasus hari Jumat ini.
Tiga negara bagian lain mencatat lebih dari 1.000 infeksi - Sabah dengan 1.291, Kedah dengan 1.371 dan Johor dengan 1.275.
Baca juga: Malaysia Tak Akan Perpanjang Keadaan Darurat Setelah 1 Agustus, Parlemen Bersidang Tanpa Debat
Baca juga: Raja Salman Perintahkan Arab Saudi Bantu Pasokan Medis untuk Malaysia
Infeksi Covid-19 telah melonjak di Malaysia dalam beberapa pekan terakhir.
Penghitungan kasus harian negara itu melewati angka 20.000 untuk pertama kalinya pada hari Kamis.
Penilaian Virtual
Menurut Chong, jumlah kasus BID telah meningkat secara konsisten selama beberapa minggu terakhir.
Untuk mengatasi situasi tersebut, katanya, pusat penilaian Covid-19 virtual diaktifkan seminggu yang lalu untuk memastikan respons manajemen yang efisien.
Pusat penilaian virtual memungkinkan orang yang telah dites positif tetapi tidak menunjukkan gejala atau memiliki gejala ringan untuk menjalani isolasi rumah dan dipantau melalui alat penilaian rumah, alih-alih pergi langsung ke pusat penilaian Covid-19.
Baca juga: Malaysia Catat Rekor 17.045 Kasus Baru Covid-19, Tertinggi Tiga Hari Berturut-turut Saat Lockdown
Baca juga: Covid-19 di Malaysia Melonjak, 20.000 Dokter Muda Ancam Mogok Kerja
Dr Chong mengatakan bahwa 60 persen orang yang terinfeksi virus di Malaysia tidak menunjukkan gejala, sementara sekitar 30 persen memiliki gejala ringan.
"Hanya 5 sampai 10 persen yang perlu dinilai secara fisik dan ada masyarakat yang perlu datang ke (pusat penilaian Covid-19)," katanya.
Pusat penilaian virtual Malaysia adalah cara untuk memastikan kasus tanpa gejala tidak akan membebani rumah sakit dan pusat penilaian fisik, tambahnya.
Dr Chong, yang juga komandan Gugus Tugas Khusus Lembah Klang Raya, juga mengatakan bahwa para pelaku industri telah sepakat untuk memenuhi persyaratan untuk mencegah lebih banyak wabah di tempat kerja mereka.
Sementara kunci untuk mencegah wabah adalah vaksinasi, katanya, pengusaha juga harus melakukan tes terhadap karyawannya yang memiliki gejala Covid-19 dan memberi mereka akses ke klinik.
Disebutkannya, pengusaha harus mengisolasi kontak dekat dan menjaga kesejahteraan pasien yang positif, dengan menyediakan makanan dan bantuan selama isolasi. (Tribunnews.com/NST/CNA/Hasanah Samhudi)