Cerita Sukarelawan WNI Ikut Sukseskan Olimpiade Tokyo Jepang di Tengah Pandemi Covid-19
Ali berharap keberanian para pemain menjadi harapan untuk hidup di masa pandemi corona yang akan terus berlanjut di masa depan.
Editor: Dewi Agustina
Keiko Komuro (71) dari Kota Murayama, Prefektur Yamagata, yang mendukung tim senam ritmik Bulgaria sebagai kota tuan rumah.
Tur dukungan ke Tokyo telah dibatalkan, dan Komuro membeli TV 4K dalam kisaran 200.000 yen untuk mendukung tim tersebut.
"Saya melihat kinerja yang baik, dan tim mendapat medali emas dan saya sempat mengeluarkan air mata. Sejak kamp pelatihan empat tahun lalu, saya telah melihat atlet menangis di kamar mandi dan tumbuh dewasa. Syukurlah mereka akhirnya berhasil," paparnya.
Baca juga: AS Juara Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia Peringkat ke-55 dengan 1 Emas, 1 Perak dan 3 Perunggu
Wartawan Washington Post, Les Carpenter (53) mengakui ini adalah kali kelima dirinya meliput Olimpiade.
"Ini benar-benar Olimpiade Corona, diisi dengan kisah para atlet yang berjuang untuk menunda atau mengantisipasi penyebaran infeksi. Berbeda dengan olimpiade yang gemerlap biasanya, saya rasa saya bisa mengerti banyak orang menyampaikan penampilan para atlet yang sebenarnya."
"Namun, panas dan kelembaban adalah yang terburuk. Tempat kompetisi sepeda BMX berlangsung ketat tanpa naungan untuk meneduh. Ini mengerikan untuk berpikir kalau sampai ada penonton. Untung saja semua penonton dilarang masuk," kata dia.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.