Andrew Cuomo 'Pamit dari Kursi Gubernur New York', Apa Yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Gubernur New York (NY) Andrew Cuomo akhirnya mengumumkan bahwa dirinya mengundurkan diri dari jabatannya, di tengah banyaknya tuduhan yang dialamatkan
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Gubernur New York (NY) Andrew Cuomo akhirnya mengumumkan bahwa dirinya mengundurkan diri dari jabatannya, di tengah banyaknya tuduhan yang dialamatkan padanya terkait dugaan pelecehan seksual terhadap sederet perempuan.
Pernyataan 'pamitnya' itu ia sampaikan dalam konferensi pers pada Selasa kemarin waktu Amerika Serikat (AS).
Namun, ini bukan merupakan akhir perjalanan dari gubernur berusia 63 tahun itu.
Karena ia masih memiliki dua minggu masa jabatannya dan tengah dibayangi dakwaan setelah resmi hengkang dari kursi orang nomor satu di negara bagian NY.
Tersisa waktu dua minggu untuk Cuomo
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (11/8/2021), Cuomo mengatakan pada Selasa sore bahwa pengunduran dirinya itu akan berlaku secara resmi dalam dua pekan ke depan, tepatnya pada 24 Agustus mendatang.
Pengumuman tersebut muncul sehari setelah sebuah laporan yang ditulis media setempat, The New York Times menjelaskan terkait rincian proses pemakzulan terhadap gubernur tiga periode ini oleh legislatif negara bagian itu yang diperkirakan akan dilakukan September 2021.
Cuomo tidak memberikan penjelasan mengapa dirinya tidak segera meninggalkan kantornya.
Ia hanya menyampaikan bahwa proses transisi masa jabatannya ke penerusnya harus berlangsung lancar.
"Transisi harus mulus, kami memiliki banyak hal yang terjadi," kata Cuomo.
Sementara itu, Common Cause New York, sebuah organisasi nirlaba akuntabilitas pemerintah, menjelaskan dalam media sosial Twitter bahwa pengunduran diri Cuomo harus segera dilakukan karena Warga New York membutuhkan pemerintahan yang berfungsi, bukan kekosongan kepemimpinan yang diciptakan oleh masa tenggang yang disebabkan adanya pelanggaran.
Sebelumnya, ada 13 perempuan yang telah menyampaikan tuduhan bahwa Cuomo menyentuh tubuh mereka secara tidak pantas atau membuat komentar seksual yang tidak pantas.
Mayoritas tuduhan ini diklaim terjadi beberapa tahun lalu.
Klaim pertama bahkan telah menjadi berita utama pada Desember 2020, saat mantan ajudan Cuomo, Lindsey Boylan memberikan rincian tentang beberapa peristiwa pelecehan dalam akun Twitternya.
Hingga awal 2021, beberapa perempuan lainnya turut melaporkan, ini yang akhirnya membuat Jaksa Agung negara bagian NY, Letitia James membuka penyelidikan terhadap 11 perempuan yang mengklaim dilecehkan Cuomo.
Laporan yang memberatkan Cuomo itu pun akhirnya dirilis pada pekan lalu, isinya membenarkan klaim dari para pelapor itu.
Baca juga: Siapa yang Cocok Gantikan Cuomo Sebagai Gubernur New York? Muncul Nama Kathy Hochul, Siapa Dia?
Ini yang kemudian mendorong munculnya seruan agar Cuomo mengundurkan diri atau dimakzulkan dari jabatannya, termasuk dari koleganya di Partai Demokrat yakni Presiden AS Joe Biden.
Sedangkan dua perempuan lainnya muncul baru-baru ini dengan menyampaikan tuduhan yang serupa, dan menuntut hukuman pidana terhadap Cuomo.
Sehingga ada 13 perempuan yang kini menuntut gubernur dari Partai Demokrat itu.
Lalu siapa yang akan menggantikan Cuomo untuk mengisi jabatan sebagai Gubernur NY ?
Setelah kepergian Cuomo, Letnan Gubernur NY, Kathy Hochul akan ditetapkan untuk mengisi jabatan tersebut, tepatnya pada 24 Agustus mendatang.
Ia akan menjadi kepala pemerintahan perempuan pertama dalam sejarah Empire State.
Hochul menyebut dirinya sebagai seorang 'Demokrat independen', perempuan berusia 62 tahun ini adalah veteran politik New York dan telah menjadi orang kedua di pemerintahan Cuomo sejak 2015 lalu.
Namun menariknya, Hochul telah mendukung pencopotan Cuomo dari jabatannya sejak Maret lalu, saat ia muncul di rapat umum bersama Boylan dan mendesak Majelis Negara untuk 'bertindak cepat' dan 'melakukan hal yang benar' yakni memakzulkan bosnya itu.
Tak lama setelah menjabat pada 2015, ia juga secara vokal mendukung Undang-undang (UU) Negara Bagian 'Cukup Sudah' yang bertujuan untuk memerangi epidemi kekerasan seksual di kampus-kampus.
Pada Selasa sore kemarin, Hochul pun menuliskan cuitan dalam akun Twitter pribadinya bahwa pengunduran diri Cuomo adalah 'hal yang benar untuk dilakukan dan demi kepentingan terbaik warga New York'.
Ia juga mengaku 'siap untuk memimpin sebagai Gubernur ke-57 Negara Bagian New York'.
Bagaimana dengan kasus Cuomo?
Pada 6 Agustus lalu, tiga hari setelah laporan AG diterbitkan, Brittany Commisso, yang diidentifikasi dalam laporan sebagai 'Asisten Eksekutif #1', mengajukan tuntutan pidana terhadap Cuomo ke Kantor Sheriff Kabupaten Albany.
Menurut NBC, Kantor sheriff langsung melakukan koordinasi dengan Kantor Kejaksaan, namun Cuomo belum didakwa dengan kejahatan apapun.
"Apa yang ia lakukan pada saya adalah kejahatan, ia melanggar hukum," kata Commisso.
Begitu pula yang disampaikan Boylan yang meminta Cuomo bertanggung jawab atas perbuatannya.
"Gubernur harus bertanggung jawab," kata Boylan yang juga berjanji untuk mengajukan tuntutan.
Perempuan itu mengaku tidak hanya akan menuntut Cuomo, namun juga oknum dalam pemerintahan tersebut yang berusaha mencoreng reputasinya.
"Terlalu banyak orang yang dirugikan atau karier mereka hancur setelah melaporkan pelecehan. Pembalasan dendam tidak dapat diterima di tempat kerja manapun, ini menghidupkan kembali derita mereka yang telah mengalami pelecehan dan menghalangi orang untuk maju," tulis Boylan.
Sementara pelapor lain juga memiliki perwakilan hukum, namun tidak ada jaminan bahwa mereka akan mengajukan tuntutan.
Mariann Wang, seorang pengacara yang mewakili Alyssa McGrath dan Virginia Limmiatis, dua perempuan yang muncul setelah laporan AG diterbitkan, mengatakan setelah pengunduran diri Cuomo bahwa kliennya 'lega bahwa Cuomo tidak akan lagi berada dalam posisi berkuasa atas siapapun'.
Mirisnya, jika Cuomo tidak lagi menjabat sebagai Gubernur NY, ia akan menghadapi pula dua penyelidikan atas dugaan pelanggaran lainnya, termasuk apakah dirinya memberikan laporan palsu kepada Departemen Kehakiman AS tentang kematian akibat virus corona (Covid-19) di panti jompo, dan apakah ia menggunakan sumber daya negara untuk menyelesaikan memoarnya tentang penanganan pandemi.