Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Guinea Konfirmasi Kasus Pertama Virus Marburg di Afrika Barat, 1 Orang Meninggal

Kasus pertama virus Marburg telah dikonfirmasi di Afrika Barat setelah seorang pria meninggal di Guinea

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Guinea Konfirmasi Kasus Pertama Virus Marburg di Afrika Barat, 1 Orang Meninggal
WHO Africa
Ilustrasi penanganan wabah di Afrika. Kasus pertama virus Marburg telah dikonfirmasi di Afrika Barat setelah seorang pria meninggal di Guinea 

TRIBUNNEWS.COM - Kasus pertama virus Marburg telah dikonfirmasi di Afrika Barat setelah seorang pria meninggal di Guinea, Sky News melaporkan.

Virus Marburg berasal dari keluarga yang sama dengan Ebola.

Virus tersebut dapat menyebar dari manusia ke manusia melalui cairan tubuh dan memiliki tingkat kematian hingga 88%.

Gejalanya berupa demam tinggi dan nyeri otot.

Namun beberapa pasien dapat mengalami pendarahan dari mata dan telinga mereka.

Sebelumnya, seorang pasien laki-laki menjalani perawatan tapi akhirnya meninggal di Gueckedou.

Kasusnya dikonfirmasi sebagai virus Marburg oleh laboratorium di Guinea dan dikonfirmasi ulang oleh Institut Pasteur di Senegal terdekat.

Berita Rekomendasi

Pelacakan kontak sedang berlangsung, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga: Penasihat WHO Optimis Wabah Virus Marburg Mirip Ebola di Guinea Dapat Dibendung

Baca juga: Kasus Virus Marburg Ditemukan di Afrika Barat, Picu Demam Berdarah dan Cepat Menular

virus Marburg telah dikonfirmasi di Afrika Barat
virus Marburg telah dikonfirmasi di Afrika Barat (Twitter @WHOAFRO)

Gueckedou adalah lokasi munculnya wabah Ebola Guinea pada tahun 2014 hingga 2016.

11.325 orang meninggal akibat wabah itu.

Kota yang terletak di perbatasan Sierra Leone dan Liberia itu, juga menderita epidemi Ebola kecil awal tahun ini, yang menewaskan 12 orang.

Kasus virus Marburg telah diidentifikasi di seluruh Afrika di Angola, Kongo, Kenya, Afrika Selatan dan Uganda, tetapi ini adalah infeksi pertama yang ditemukan di Afrika Barat.


Direktur regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti mengatakan:

"Potensi virus Marburg menyebar jauh dan luas yang berarti kita harus menghentikannya."

"Kami bekerja sama dengan otoritas kesehatan untuk menerapkan respons cepat yang didasarkan pada pengalaman dan keahlian Guinea di masa lalu dalam mengelola Ebola, yang ditularkan dengan cara yang sama."

Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Ghebreyesus menulis cuitan:

"Konfirmasi virus Marburg di Guinea. Diperlukan upaya bersama untuk mencegah penularan dan melindungi masyarakat."

"Rekan @WHO telah berada di lapangan dengan mitra lokal sejak peringatan pertama muncul dan akan terus memberikan semua dukungan yang dibutuhkan."

Virus Marburg menyebar ke manusia dari hewan yang terinfeksi dan hingga kini belum ada vaksin maupun perawatan obat khusus.

Penasihat WHO Optimis Wabah Virus Marburg Mirip Ebola di Guinea Dapat Dibendung

Penasihat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Profesor Emeritus Epidemiologi di Universitas Zurich, Swiss, Robert Steffen, mengaku optimis pejabat kesehatan dapat menahan wabah virus Marburg mirip Ebola yang ditemukan di Guinea.

Di negara yang terletak di benua Afrika itu, sebelumnya ada seorang laki-laki yang baru-baru ini meninggal karena penyakit demam berdarah.

"Pejabat Kesehatan di Guinea mengkonfirmasi bahwa satu orang telah meninggal karena penyakit yang menyebabkan gejala sakit kepala, muntah dan pendarahan," kata Steffen pada hari Senin (9/8/2021).

Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (10/8/2021), Steffen yang memimpin Komite Darurat WHO untuk Ebola, menyampaikan sikap optimisnya bahwa penyebaran virus ini dapat ditahan, mengingat orang yang melakukan kontak erat dengan pasien meninggal itu belum menunjukkan gejala.

"Per tiga hari yang lalu, satu pasien meninggal pada 2 Agustus dan empat orang kontak erat berisiko tinggi, tidak menunjukkan gejala apapun, sebanyak 145 kontak lainnya telah diidentifikasi dan sedang ditindaklanjuti."

"Mengingat pasien awal sudah menunjukkan gejala pada 25 Juli, dan mengetahui bahwa masa inkubasi bervariasi dari 2 hingga 21 hari, saya cukup optimis dan tentu saja berharap ini tidak berkembang menjadi wabah besar," tegas Steffen.

Steffen mengakui bahwa para pejabat kesehatan negara itu khawatir virus Marburg dapat menyebar ke negara tetangga, seperti Sierra Leone dan Liberia.

Ia juga mencatat bahwa berhentinya wabah ini sangat tergantung pada jenis virusnya.

"Sementara dalam wabah Ebola tingkat kematian kasus selalu melebihi 60 persen, hasil penyakit virus Marburg ini tergantung pada jenis virusnya. Di Uganda pada 2012 'hanya' 4 dari 17 orang atau sekitar 27 persen yang meninggal, sedangkan di wabah terbesar yang terjadi pada 2005 di Angola ada 374 kasus dan sebelumnya di DR Kongo ada 154 kasus, masing-masing ada 88 dan 83 persen pasien yang meninggal," jelas Steffen.

Virus Marburg memiliki kesamaan dengan flu burung dan MERS, mengingat virus tersebut diyakini ditularkan dari hewan ke manusia.

"Kelelawar buah Afrika diyakini sebagai inang alami virus Marburg," papar Steffen.

Ia kemudian menggarisbawahi bagaimana hewan dan manusia melakukan kontak erat di Afrika Barat.

"Kelelawar buah dianggap sebagai inang alami virus Marburg, di wilayah terpencil di Afrika, secara tradisional ada interaksi erat antara hewan dengan manusia, interaksi ini dapat ditemukan di pasar," tutur Steffen.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Fitri Wulandari)

Berita lainnya seputar virus Marburg

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas