Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Epidemiolog: Sputnik V Sangat Efektif, Terkendala 'Campur Tangan Politik' Izin Penggunaan Darurat

Mike Toole mengatakan bahwa tidak ada alasan yang jelas mengapa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan regulator Uni Eropa, European Medicines Agency (E

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Epidemiolog: Sputnik V Sangat Efektif, Terkendala 'Campur Tangan Politik' Izin Penggunaan Darurat
Hyderus.com
Pemerintah Rusia mengklaim menjadi negara pertama di dunia yang mendaftarkan vaksin Corona (Covid-19). 

TRIBUNNEWS.COM, MELBOURNE - Seorang Ahli Epidemiologi terkemuka di Burnet Institute yang berbasis di Melbourne, Australia, Mike Toole mengatakan bahwa tidak ada alasan yang jelas mengapa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan regulator Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA), belum memberikan izin penggunaan darurat untuk vaksin virus corona (Covid-19) Sputnik V.

Toole pun menilai mungkin EMA khawatir apakah ada pemantauan yang tepat dari efek samping dari vaksin ini.

"Tapi faktor-faktor lain juga berperan, pasti ada unsur politiknya. Saya setuju dengan Sputnik V ini karena penting bagi orang-orang di Barat untuk memahami bahwa ternyata ada vaksin yang sangat bagus yang diproduksi di Rusia. Ini dikembangkan oleh lembaga penelitian yang sangat baik dan terkenal di dunia, Gamaleya, yang telah saya kunjungi pada 1991," kata Toole.

Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (12/8/2021), Toole mengutip hasil uji klinis yang diterbitkan di salah satu jurnal medis peer-review paling terkemuka di dunia, The Lancet, pada Februari lalu.

Hasil uji klinis itu menunjukkan bahwa vaksin buatan Rusia ini memiliki tingkat efektivitas mendekati 92 persen, dan 100 persen efektif terhadap kasus Covid-19 yang parah.

Baca juga: Riset Menunjukkan, Tidak Ada Efek Samping Serius Kombinasikan AstraZeneca dan Sputnik V

Fungsi Sputnik V, kata dia, agak mirip dengan vaksin yang dikembangkan oleh Oxford-AstraZeneca dan Johnson & Johnson (J&J).

Namun Sputnik V diklaim tidak menyebabkan efek samping parah seperti pembekuan darah.

BERITA REKOMENDASI

"Alasannya mungkin tidak memiliki peristiwa pembekuan darah, ini karena vaksin tersebut memiliki dua adenovirus berbeda, bukan satu, jenis untaian protein 'piggy-backs' dari virus Covid," jelas Toole.

Sebelumnya, EMA pada awal tahun ini mengatakan bahwa kasus pembekuan darah yang terkait dengan vaksin AstraZeneca dan J&J sangat jarang terjadi.

Bahkan manfaatnya jauh lebih besar dibandingkan risiko kematiannya.

Regulator Eropa itu juga mengumumkan dimulainya tinjauan bergulir untuk vaksin Sputnik V pada Maret lalu, namun sejak saat itu, lembaga tersebut tetap diam dan tidak ada perkembangan yang disampaikan.

Seorang sumber mengatakan bahwa pada Juli lalu, proses persetujuan mengalami penundaan karena Rusia gagal memberikan data yang cukup tentang uji klinis vaksin tersebut.

Sementara Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) yang dikelola negara, diketahui telah mendanai pengembangan Sputnik V.

Lembaga itu pun menegaskan bahwa ada 'pernyataan yang salah dan tidak akurat' tentang vaksin itu.

CEO RDIF, Kirill Dmitriev telah berulang kali mengklaim bahwa ada bias politik terhadap vaksin Rusia.

"Upaya lobi farmasi besar di Barat telah berupaya melarang Sputnik V masuk ke pasar Eropa," tegas Dmitriev.

Dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute yang berbasis di Moskwa, Rusia, Sputnik V diklaim menjadi vaksin Covid-19 terdaftar pertama di dunia, saat regulator negara Rusia menyetujuinya pada Agustus 2020.

Sejak saat itu, vaksin tersebut telah diizinkan untuk penggunaan darurat di hampir 70 negara, termasuk Argentina, Meksiko, India, Hongaria, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas