Analis Barat: Iran Menjalankan Program Drone Kamikaze, Inggris Selalu Jadi Sasaran
Analis Barat memperingatkan bahwa Iran mengembangkan progam drone kamikaze untuk sistem pencegahan dan konfrontasi aktif di wilayahnya
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Iran sedang mengembangkan apa yang disebut program “drone kamikaze” menyusul meningkatnya perseteruan di lautan.
Para ahli dari Proyek Kontra Ekstremisme (CEP) telah memperingatkan bahwa taktik ledakan drone baru adalah elemen inti dari upaya Teheran untuk mempengaruhi wilayah tersebut.
Dikutip Arab News, Daniel Roth, Direktur Penelitian CEP yang berbasis di Washington, mengatakan kepada Metro.co.uk bahwa serangan maritim baru-baru ini adalah bagian dari program yang lebih luas dari pasukan drone baru yang sedang dikembangkan rezim tersebut.
Dikatakannya, Iran memiliki pasukan drone, UAV (kendaraan udara tak berawak) yang dioperasikan oleh personel yang ditempatkan dari jarak jauh dan dirancang untuk meledak saat terjadi benturan.
“Program drone militer Iran adalah elemen inti dari perluasan jejak Iran di sekitar kawasan, yang digunakan oleh Teheran dan proksi terorisnya,” kata Roth.
Baca juga: Armada Laut Iran Tambah 340 Kapal Cepat Dilengkapi Rudal dan Drone Kamikaze
Baca juga: Iran Bantah Tuduhan Soal Serangan ke Kapal Tanker: Ini Tanggapan Perdana Menteri Israel
Dia menambahkan, Iran telah menggunakan drone untuk mengganggu operator udara AS, mengancam kebebasan navigasi di perairan internasional, meningkatkan keuntungan militer dalam konflik Suriah dan Irak, dan melanggar wilayah udara Israel dan Saudi, selama beberapa tahun terakhir.
Peneliti CEP telah mengidentifikasi Iran sebagai produsen pesawat tak berawak yang digunakan oleh Houthi melawan Arab Saudi, di mana kelompok teror telah menyerang ladang minyak dan situs sipil.
“Program drone Iran adalah ancaman destabilisasi yang meningkat yang digunakan tidak hanya untuk pencegahan, tetapi untuk konfrontasi aktif,” kata Roth.
Ia mengatakan, Press TV yang dioperasikan negara Iran pada bulan April tahun ini menayangkan video meresahkan yang diambil tujuh tahun lalu dari pesawat tak berawak Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) yang terbang di atas kapal induk AS di Teluk, ditambah rekaman drone 'kamikaze'.
“Kemampuan perang drone Iran terbukti telah berkembang pesat sejak rekaman 2014 ini,” katanya.
Baca juga: Drone Kamikaze Zala Lancet Rusia Sukses Hantam Target Teroris di Suriah
Baca juga: Menlu Rusia Peringatkan Turki yang Pasok Drone Militer ke Ukraina
Roth memperingatkan bahwa rezim tersebut akan mempertahankan dominasi atas jalur laut Teluk.”
“Iran ingin mengamankan kepentingan strategis dalam memperluas dan memperkuat pengaruhnya atas wilayah tersebut,” katanya.
Inggris Jadi Sasaran
Roth memperingatkan bahwa Inggris akan terus menjadi sasaran Teheran karena posisinya sebagai musuh kecil di antara para elit rezim.
Dia berkata: “Inggris dianggap dalam lingkaran rezim sebagai musuh kecil bagi musuh besar Amerika, antek imperialisme Barat yang tidak dapat dipercaya.”
Terlepas dari dukungan berkelanjutan Inggris terhadap Kesepakatan Nuklir Iran atau Rencana Aksi Komprehensif Bersama, Iran mempertahankan sikap dinginnya terhadap Inggris.
Baca juga: Rusia Rilis Orion-E, Drone Maut Penghancur Tank dan Ranpur Lapis Baja
Baca juga: Houthi Kembali Tembakkan Rudal dan Drone ke Fasilitas Minyak Saudi Aramco
Saat ini Teheran terlibat dalam sejumlah friksi diplomatik dengan London, terutama mengenai warga negara Inggris yang dipenjara karena apa yang diklaim pemerintah Inggris sebagai tuduhan yang meragukan dan palsu.
Peringatan analis CEP ini datang ketika Barat kerepotan menghadapi serangan pesawat tak berawak pada sebuah kapal tanker di rute pengiriman utama Teluk pada 30 Juli.
Sejauh ini Iran menyangkal keterlibatannya.
Penjaga keamanan dan veteran Angkatan Darat Inggris Adrian Underwood tewas bersama Kapten Rumania MT Mercer Street ketika ditabrak oleh drone peledak.
Dalam insiden terpisah segera setelah itu, sejumlah orang bersenjata yang diduga dari Komando Iran membajak kapal
Baca juga: Pemerintah Harus Tegas Terhadap Negara Pemilik Drone Mata-mata Bawah Laut.
Baca juga: AS Sita Kapal Tanker Pengangkut Minyak ke Korea Utara karena Langgar Sanksi Internasional
Orang-orang bersenjata itu melarikan diri Ketika pasukan Barat mendekati kapal.
Iran sekali lagi membantah dalam insiden ini.
Ancaman Besar
Roth mengatakan, ancaman Iran terhadap pengiriman di Teluk sangat besar.
Perkiraan ini diperkuat oleh banyak contoh serangan Iran, pembajakan, penahanan, dan serangan drone yang semakin meningkat.
“Iran menganggap Teluk itu sebagai danau pribadi, yang ingin dibagikan dengan tetangga Arab pesisirnya, tetapi dengan keras membenci kekuatan asing yang menggunakan hak mereka atas kebebasan navigasi di perairan internasional,” sebut Roth.
Baca juga: Turki Jual 24 Unit Drone Tempur Bayraktar TB2 ke Polandia
Baca juga: Mantap! Tiga Drone Militer Pendeteksi Wajah Bakal Dioperasikan di Lokasi PON Papua 2021
Dengan sejarah Persia kuno dan persepsi diri sebagai kekuatan besar, kata Roth, Teheran mendapat tamparan keras atas fakta bahwa Amerika memiliki pangkalan angkatan laut di Bahrain dan secara teratur mengerahkan Armada Kelima di sekitar Teluk.
Ditambahkannya, Iran melakukan apa yang bisa dilakukan dan menegaskan kekuatannya di wilayahnya sendiri karena mereka tidak memiliki kemampuan penyebaran global.
Di antaranya dengan menjebak kapal komersial, yang sesuai dengan beberapa provokasi kebijakan luar negeri tertentunya.
“Jadi kapal dengan koneksi ke Israel selalu rentan,” ujarnya.
Ia merujuk kasus Iran yang menahan kapal tanker Korea Selatan untuk memaksa Seoul mengeluarkan dana dan kapal tanker Inggris sebagai pembalasan atas penahanan Angkatan Laut Kerajaan atas kapal tanker Iran yang mengangkut minyak ke rezim Assad yang terkena sanksi di Suriah.
Baca juga: Panglima TNI Bahas Pesawat Tempur Hingga Drone yang Jadi Penentu Kemenangan Dalam Perang Modern
Baca juga: Drone Kamikaze Zala Lancet Rusia Sukses Hantam Target Teroris di Suriah
Roth juga mengatakan bahwa Iran secara teratur mengangkut orang dan material ke sekutu Houthi di Yaman dan terus mengirimkan minyak dan senjata ke sekutu Suriahnya.
Iran juga memiliki kepentingan strategis dalam proyeksi kekuatan sederhana dan hegemoni regional yang nyata.
“Dengan kapal cepat IRGC-Navy, melecehkan kapal besar AS atau menahan kapal komersial dengan dalih yang tidak masuk akal adalah dua cara yang relatif murah untuk mencapai hal ini,” katanya. (Tribunnews.com/ArabNews/Hasanah Samhudi)