Milisi Taliban Diprediksi Bakal Kuasai Afghanistan dalam Waktu Dekat, Ribuan Warga Mengungsi
Memanasnya situasi Afghanistan menyusul jatuhnya sejumlah wilayah ke tangan Taliban, memaksa ribuan rakyat mengungsi.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memanasnya situasi di Afghanistan menyusul jatuhnya sejumlah wilayah ke tangan Taliban, memaksa ribuan rakyat mengungsi.
Mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mencari perlindungan di ibu Kota Kabul yang masih dikuasai pemerintah Afghanistan.
Melansir BBC, ribuan warga Afghanistan yang mengungsi ke Kabul terpaksa tidur di sejumlah gudang terbengkalai dan mendirikan tenda-tenda darurat di semak-semak di pinggir jalan kota Kabul.
Mereka menghadapi ancaman ketiadaan tempat perlindungan, kekurangan makanan dan sejumlah kebutuhan mendasar seperti obat-obatan dan peralatan sanitasi.
Namun mereka hanya punya sedikit pilihan yakni menghadapi kesukaran hidup di Kabul atau terancam terbunuh oleh Taliban di kampung halaman mereka.
Baca juga: Inikah Penyebab Milisi Taliban Begitu Cepat Merebut Kota-kota Besar di Afghanistan?
Pekan ini, sebuah laporan intelijen AS yang bocor memperkirakan bahwa Kabul bisa diserang dalam beberapa pekan dan pemerintahan Afghanistan bisa runtuh dalam 90 hari.
Banyak warga pengungsi yang menganggap Kabul sebagai tempat perlindungan terakhir mereka yang aman.
“Kami tak punya uang untuk membeli roti, atau obat-obatan untuk anak saya,” tutur Asadullah (35), seorang pedagang kaki lima yang melarikan diri dari Provinsi Kunduz di utara setelah Taliban membakar rumahnya.
“Bentrokan berat selama 7 hari, roket dan mortir menghantam rumah kami. Kami tak punya roti untuk dimakan karena semua toko dan pasar tutup,” tutur lelaki yang mengungsi ke Kabul bersama istri dan dua putri kecilnya itu.
“Rumah dan seluruh harta benda kami terbakar, jadi kami mengungsi ke Kabul dan berdoa semoga Tuhan menyelamatkan kami,” ujarnya.
Menurut organisasi internasional Save The Children, sekitar 72.000 anak-anak termasuk dalam ribuan pengungsi yang mencari perlindungan di Kabul.
Badan Pangan Dunia WFP menyatakan, Afghanistan tengah mengalami kekurangan makanan parah. WFP bahkan memperingatkan ancaman bencana kemanusiaan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat, lebih dari 1.000 rakyat sipil tewas dalam sebulan terakhir di Afghanistan.
Badan dunia itu juga mendesak negara-negara tetangga Afghanistan untuk tetap membuka perbatasan mereka seiring meningkatnya gelombang pengungsi rakyat sipil yang melarikan diri dari serangan Taliban.
Pada Jumat (13/8/2021), Taliban berhasil merebut Kandahar, kota terbesar kedua di Afghanistan. Kota yang terletak di bagian selatan Afghanistan dan dihuni sekitar 600.000 jiwa ini pernah menjadi benteng Taliban, dan secara strategis penting sebagai pusat perdagangan negara itu.
Para pemberontak Taliban juga berhasil merebut kota Lashkar Gah dan kini menguasai sekitar sepertiga ibu kota provinsi itu.
Sumber: BBC Indonesia/Kompas.TV