RS Mengaku Kekurangan Tempat Tidur Pasien Covid-19, Modus untuk Dapatkan Subsidi Pemerintah Jepang
Jika tingkat penggunaan tempat tidur hanya 25 persen atau kurang, maka pihak rumah sakit sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan subsidi.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Salah satu rumah sakit di Jepang diduga telah berbohong dengan mengatakan bahwa tempat tidur penuh, sehingga tidak dapat menerima pasien baru yang terpapar Covid-19.
Hal itu dilakukan agar pihak rumah sakit mendapat bantuan subsidi jutaan yen penambahan tempat tidur dari pemerintah.
"Kami mendeteksi adanya upaya rumah sakit yang berbohong, rumah sakit itu menolak pasien baru dengan dalih tempat tidur penuh akibat corona, dengan tujuan dapat tambahan subsidi jutaan yen untuk tempat tidur baru," papar sumber Tribunnews.com, Jumat (13/8/2021).
Rumah sakit yang terletak di prefektur di bawah keadaan darurat (PSBB) bagi pasien sakit parah, telah diputuskan pemerintah Jepang jumlah subsidi per tempat tidur telah ditingkatkan dari 15 juta yen menjadi 19,5 juta yen per tempat tidur.
Tempat tidur yang akan disubsidi adalah "ranjang tanggap darurat", bukan "ranjang persiapan".
Jika tingkat penggunaan tempat tidur hanya 25 persen atau kurang (tempat tidur rumah sakit semakin sedikit), maka pihak rumah sakit sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan subsidi tersebut.
Selain itu, jika seorang perawat dipindahkan dari bangsal lain untuk mendirikan bangsal baru untuk menerima pasien baru Covid-19, perawat pengganti akan diamankan di bangsal lain.
Dan jika hubungan pendahulu/penerus jelas, biaya tenaga kerja (perawat baru) tunduk pada penggunaan subsidi (mendapat subsidi tambahan bagi perawat baru).
Di prefektur selain tempat darurat tersebut, 18 juta yen per tempat tidur akan ditambahkan bagi tempat tidur yang baru dialokasikan.
Baca juga: Kasus Varian Lambda Covid-19 di Jepang Seharusnya Lebih Cepat Disampaikan kepada Masyarakat
Masyarakat juga dapat memeriksa sendiri "prefektur tempat tindakan darurat harus diambil" di situs web Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan.
Selain itu, "ranjang aman" yang dihitung saat menghitung jumlah standar subsidi (batas atas subsidi) adalah "ranjang tanggap darurat" (ranjang yang dapat langsung menerima pasien dengan infeksi virus corona) dan "ranjang persiapan".
Selanjutnya terkait penggunaan subsidi bagi perawat baru, misalnya untuk mengamankan bangsal baru (bangsal A) bagi pasien infeksi virus corona, perawat di bangsal lain (bangsal B) terinfeksi virus corona baru, lalu dicari perawat baru untuk membantu bangsal A sebagai bangsal baru, maka upaya mencari perawat baru dapat subsidi pula dari pemerintah berupa uang jutaan yen pula bagi perekrutan tenaga perawat baru.
"Hal-hal subsidi tersebut untuk menjaga agar pasien corona terutama yang berat dapat segera masuk dan dirawat di rumah sakit di Jepang," ujarnya.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.