Saat Taliban Maju di Afghanistan, Pengamat: Perang Saudara Mungkin Tinggal Menghitung Hari
Saat AS dan NATO terus menarik pasukan mereka dari Afghanistan, kelompok Taliban kembali mengklaim telah merebut tiga ibu kota provinsi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KABUL - Saat Amerika Serikat (AS) dan NATO terus menarik pasukan mereka dari Afghanistan, kelompok Taliban kembali mengklaim telah merebut tiga ibu kota provinsi.
Ini tentunya memberi mereka kendali atas 65 persen negara di Timur Tengah itu.
Sementara itu, laporan lainnya menunjukkan bahwa kelompok pemberontak ini mungkin saja akan mengisolasi Kabul hanya dalam waktu 30 hari.
Lalu mereka akan membutuhkan waktu sekitar 90 hari untuk menyelesaikan serangan di ibu kota Afghanistan tersebut.
Hidup dalam Ketakutan
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (13/8/2021), Kepala Departemen Hubungan Internasional di Universitas Kardan di Kabul, Fahim Sadat mengatakan bahwa suasana umum di jalanan terlihat seperti bentuk 'ketakutan dan kecemasan'.
Baca juga: AS Minta Taliban Tidak Serang Kedubesnya di Afghanistan, Kirim 3.000 Tentara untuk Evakuasi
"Setelah Idul Adha pada Juli lalu, mereka (Taliban) mulai menyerang kota-kota besar. Itu menyebabkan kematian warga sipil dengan jumlah yang sangat besar, ditambah lagi dari pasukan keamanan (Afghanistan)," kata Sadat.
Menurut laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), lebih dari 5.000 perempuan dan anak-anak tewas di Afghanistan pada paruh pertama tahun 2021.
Jumlah tersebut merupakan salah satu angka tertinggi untuk metrik ini sejak 2009 lalu, saat PBB mulai mencatat kerugian di lapangan.
Baca juga: Taliban Makin Berkuasa, Inggris dan AS Kirim Tentara ke Afghanistan untuk Bantu Evakuasi Warga
Sedangkan hampir 300.000 lainnya telah mengungsi sejak Januari lalu.
Jutaan orang lainnya bahkan hidup dalam kemiskinan dan selalu membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Musim gugur yang tidak bisa dihindari?
Sadat menjelaskan kondisi yang memburuk di negaranya dengan menyalahkan sejumlah faktor.
Mulai dari penarikan pasukan Amerika secara 'tiba-tiba', ketergantungan mereka pada Taliban untuk menepati janji bahwa kelompok itu akan menaati perjanjian internasional, serta pada ketidaksiapan pasukan keamanan Afghanistan.
"Pemerintah mengklaim bahwa dalam enam bulan dari sekarang mereka akan dapat membangun kendali mereka atas situasi, namun melihat kegagalan mereka sekarang, orang-orang ragu bahwa kendali itu tidak akan pernah terjadi," jelas Sadat.
Baca juga: Taliban bersiap kuasai Afghanistan lagi, dukung hukuman brutal
Sebelumnya pada April lalu, dilaporkan bahwa jumlah total pasukan keamanan nasional Afghanistan, termasuk tentara, polisi, pasukan khusus dan intelijen, mencapai sekitar sedikit lebih dari 300.000.
Angka tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan jumlah anggota Taliban yang hanya memiliki hingga 85.000 pejuang.
Namun mirisnya, dengan anggota di bawah angka 100.000, Taliban telah berhasil menguasai banyak provinsi dan kota-kota besar di Afghanistan.