Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

AAPP Sebut Korban Tewas akibat Kudeta Myanmar Capai 1.000, Pihak Junta: Dilebih-lebihkan

AAPP melaporkan korban tewas akibat kudeta Myanmar 1 Februari 2021 melewati angka 1.000 pada Rabu (18/8/2021).

Penulis: Rica Agustina
Editor: Miftah
zoom-in AAPP Sebut Korban Tewas akibat Kudeta Myanmar Capai 1.000, Pihak Junta: Dilebih-lebihkan
STR / AFP
Unjuk rasa di Kota Sanchaung Yangon, Myanmar pada 27 April 2021. -- AAPP melaporkan korban tewas akibat kudeta Myanmar 1 Februari 2021 melewati angka 1.000 pada Rabu (18/8/2021). 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat kelompok aktivis yang telah merekam pembunuhan oleh pasukan keamanan Myanmar, Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) merilis data terbaru jumlah korban tewas akibat kudeta militer.

Laporan yang dirilis pada Rabu (18/8/2021) itu menyebutkan, korban tewas sejak kudeta 1 Februari 2021 melewati angka 1.000.

Mengenai laporan tersebut, seorang juru bicara pemerintah militer atau junta enggan memberikan tanggapannya.

Namun, pihak junta sebelumnya mengatakan angka yang dirilis AAPP, yang banyak dikutip oleh organisasi internasional, dilebih-lebihkan.

Adapun sejumlah anggota pasukan keamanan juga menjadi korban tewas, tetapi AAPP tidak memasukkan mereka ke dalam hitungan, kata pihak junta sebagaimana dilansir CNA.

Baca juga: Pemerintah Militer Myanmar Tidak Punya Rencana Vaksinasi Etnis Rohingya

Sementara itu, diwartakan Prensa Latina, sekira 1.500 tentara telah membelot dari militer Myanmar sejak kudeta.

Mereka kemudian bergabung dengan pasukan yang dibentuk oleh oposisi politik untuk melawan junta, kata seorang kapten yang membelot.

Berita Rekomendasi

Lin Htet Aung, yang meninggalkan jajaran militer pada bulan April, mengatakan kepada Myanmar Now bahwa tentara sekarang membelot lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih besar.

Sejak Juni, jumlah desersi dari angkatan bersenjata Myanmar, Tatmadaw, meningkat dua kali lipat, lapor Myanmar Now pada Selasa (17/8/2021).

Lin Htet Aung mengatakan dia telah menghubungkan para pembelot dengan bayangan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang terdiri dari politisi dan aktivis terpilih yang dekat dengan pemimpin yang digulingkan, Aung San Suu Kyi.

Baca juga: AS Berikan Bantuan 50 Juta Dolar AS Ke Myanmar, Saat Krisis Kemanusiaan Memburuk

Hal itu dia lakukan sambil mendorong lebih banyak tentara untuk membelot.

Pada pertengahan April, NUG mengumumkan pembentukan sayap bersenjatanya dengan nama Angkatan Pertahanan Rakyat dan dengan tujuan untuk melawan junta.

Sejak saat itu, ada lusinan bentrokan antara Tatmadaw dan penentang junta yang sebagian besar terjadi di daerah perbatasan atau kota-kota kecil.

Berbagai gerilyawan etnis, yang telah memerangi tentara selama beberapa dekade, telah membuka front pertempuran di seluruh negeri.

Untuk diketahui, Tatmadaw, yang diperkirakan berjumlah lebih dari 400.000 dan merupakan salah satu tentara terbesar di dunia, telah dengan keras menindas perbedaan pendapat.

Baca juga: Sisi Lain Kehidupan Relawan Covid-19 di Myanmar, Diusir Dari Rumah dan Termarjinalkan

Lebih dari enam bulan sejak kudeta, rezim belum berhasil mendapatkan dukungan dari penduduk, protes dan pemogokan pun terhadap komando militer terus berlanjut.

Meski demikian, banyak pengunjuk rasa telah memilih untuk mengangkat senjata karena ada kemajuan dari oposisi damai.

Baca artikel lain seputar Krisis Myanmar

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas